Ulama vs Anjing Gembala

Tulisan dari Rafki Zainil

Sungguh menjadi keheranan sebagian besar muslim bagaimana bisa sekelompok manusia yang didapuk sebagai ulama panutan sebagian umat dan atau cendekiawan muslim yang banyak tahu Kalam Ilahi tetiba mampu memutar lidah mereka sedemikian rupa menentang redaksi jelas Kalam Ilahi terkait larangan mengambil pemimpin dari kalangan kafir. Dan menjadi makin mengherankan adalah tatkala figur kafir aktual yang mereka dukung jelas-jelas menista agama Islam. Merekalah nampaknya yang disitir oleh Q[7:175], kalangan yang punya pengetahuan lebih akan agama dan atau Kalam ilahi sekaligus yang kehilangan orientasi karena bisa dibeli, dapat pengikut pula dan cenderung pada dunia (Q[7:176]).
Yang namanya godaan dunia kita semua tentunya sudah mafhum dan sedikit banyaknya masing-masing tentu sudah punya pengalaman. Namun menarik dicermati lebih jauh mengapa kalangan terpelajar tersebut masih rentan akan sogokan sementara dimata awam dengan kecendekiawanan mereka tak mungkinlah rasanya sekedar sogokan akan demikian mudahnya memicu mereka untuk berani ambil resiko besar tampil tercela di mata sebagian besar umat. Dan tak mungkin pula rasanya seorang yang mendalami agama berangkat dari nil/tanpa ada dorongan kepedulian yang besar akan sesama pada batinnya. Tapi itulah kenyataannya.
Untuk lebih memahami bagaimana akhirnya mereka mampu mengorbankan nama baik sendiri dan pergulatan di dalam batin mereka maka jawabannya tersirat pada Q[7:176] yang menyatakan bahwa perumpamaan mereka (mental state mereka) adalah seperti anjing.
Anjing sangat mudah berganti tuan atau diarahkan berganti tuan sepanjang sang tuan mau merawatnya. Tentu lebih mudah lagi bila anjingnya adalah anjing yang kelaparan. Maka kelaparan dan kepatuhan pada yang mau memberi makan (gaji/sogokan) adalah karakter intrinsik mereka. Galak mungkin tapi bukan independen sejati. Gagal faham bahwa majikan sejati adalah Sang Rabb.
Maka bila sang tuan mampu mendidik mereka semisal K-9, mereka bisa digunakan untuk menyerang setiap isu yang tak disukai sang tuan ibarat menyuguhkan pakaian buronan ke hidung si anjing K-9. Kok mau-maunya mereka diarahkan seperti itu? Jawabannya sederhana. Tahukah anda bahwa anjing juga biasa dipiara sebagai anjing gembala? Maka kalangan cendekiawan ini tertipu karena ilusi masih jadi gembala umat. Itulah yang disitir Q[7:175] bahwa setan-setan mengikuti mereka kala mereka melepaskan diri dari Kalam Ilahi. Padahal sesungguhnya bagian umat yang mengikuti mereka (yang telah jual ayat dengan harga murah) adalah setan-setan berwajah manusia. Dan mereka tertipu oleh ilusi bahwa diri masih jadi panutan umat karena masih banyak pengikut meski ditengah suara-suara riuh kontra. Maka isu yang tak disukai sang tuan tentu layak untuk dicabik dan dikejar.
Dan bagi kita umat yang masih setia pada Kalam Ilahi, baik kita biarkan/acuhkan kata-kata mereka atau kita tanggapi dengan mencoba membantah/mengusirnya, hakikatnya sama saja, isinya hanyalah cemoohan yang menyebalkan sekaligus pemandanga "mengharukan" laksana anjing menjulurkan lidahnya seperti yang digambarkan Q[7:176]; “ … maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berpikir.”
#rz_notes
#daily_quran

Tidak ada komentar:

Posting Komentar