Liburan keluarga

Merupakan agenda tahunan di kantor kami untuk libur akhir tahun dengan membawa keluarga masing-masing. Tujuannya untuk menjalin keakraban dan rasa kekeluargaan antar keluarga. Tiap tahun sensasinya berbeda. Destinasi tujuan wisata selalu Sumatera Barat yang menjadi pilihan. Karena sebagian besar kami berasal dari Sumatera Barat, setelah family trip bareng, sebagian ada yang melanjutkan liburan dengan orang tua atau keabat di kampung.
Tahun ini agak berbeda, dimana kali ini kami menggunakan bus pariwisata, sehingga para suami yang menjadi supir dapat relax aka duduk manis di bus.

Perjalanan dimulai tanggal 23 Desember 2017 jam 7.30 pagi dari  Pekanbaru menuju Padang. Kecepatan bus berkisar di 40 km/jam karena rapatnya kendaraan menuju Sum Bar. Jam 12 siang kami sudah memasuki kabupaten Lima puluh kota di Sumatera Barat, tepatnya di daerah Tanjung Pati. Disini aroma kemacetan mulai terasa. Lepas dari kota Payakumbuh menuju Bukittinggi mulai lancar dengan kecepatan 30 km/jam, padat merayap. Kemacetan terjadi lagi di dalam kota Bukittinggi hingga kotobaru. Jam sudah menunjukkan pukul 21.00 ketika kami mengisi makan malam di RM Aia Badarun. Artinya dari kota Paya Kumbuh ke Desa Kotobaru memakan waktu 9 jam!. . Maka dengan sisa kegembiraan hari ini kami tiba di penginapan Kota Padang jam 24.30 sehingga total waktu tempuh sekitar 15 jam. Padahal normalnya waktu tempuh Pekanbaru Padang adalah 8 jam

Pagi hari dikota Padang, gerimis mengiringi kami menuju Dermaga Perahu motor yang dikelola oleh TinTin Guesthouse. Begitu sampai di Bungus, matahari cerah menyambut kami yang akan menyeberang ke Pulau Sirandah tempat menginap selanjutnya. Semua ceria diatas kapal motor bepenumpang 30 orang yang kami isi 24 orang + tukang perahu dan tour guide. Kapal motor bermesin 2 supaya melaju. Ombak agak tinggi dibanding kedatangan saya pada bulan oktober lalu. Tapi anak-anak tetap gembira, berfoto, mengambil video, berceloteh apa saja. Menurut pengelola, cottage di Pulau Sirandah yang akan kami tempati belum bersih, jadi kami diarahkan main dan makan siang dulu di Pulau Pasumpahan. Cuma saya dan pak Kabid yang penah ke pulau ini, jadi peserta lain apalagi anak-anak hanya patuh saja kemanapun dibawa yang penting bisa main air laut.

 

Di Pulau Pasumpahan ini anak-anak dilarang main air dulu, takut kelamaan padahal masih ada 2 pulau indah lain yang harus kami nikmati. Hal ini menuai protes para abegeh , mereka sudah gatal ingin menyebur ke laut dan main banana boat,..Hhhhhh dikira kalian saja yang kepengen, kami para emak juga loooh.


Selesai pengambilan foto dan makan siang, tour guide tidak bisa menghalangi hasrat yang menggebu peserta tour untuk melihat pulau Sirandah.
Kapal melaju pelan, angin berhembus sepoi-sepoi. Pulau Sirandah berada paling luar diantara gugusan pulau-pulau yang berada di Teluk kabuang/ Bungus. Dari pulau Pasumpahan kami melintasi pulau Sikuai yang pada tahun 90 sangat terkenal dengan pulau yang hanya dinikmati para eksekutif. Lagian pada waktu itu saya pun masih mahasiswi, jadi tidak terlalu tertarik untuk wisata pulau. Saat ini hotel dan restoran yang konon mewah itu telah rusak dan barangnya dijarah tangan tak bertanggung jawab. Dan kabarnya akan dibangun ulang investor dengan membangun resort mewah dengan menancapkan tiang penyangga pada rumbu karang di pesisi pulau Sikuai tersebut, Dan kabarnya lagi hal ini dilaporkan oleh salah seorang wisatawan ke mentri Susi Pujiastuti. Tauu kan hal ini membuat berang ibu mentri dan meminta menghentikan proyek tersebut.

Kembali ke pulau Sirandah, pulau yang sangat indah dengan pasir putih yang lembut dan air yang biru bening. Siapapun pasti tergoda untuk menghambur ke hamparan air birujernih ini, sejenak lupa kalau tidak bisa berenang. Tapi jangan khawatir karena kita telah dilengkapi pelampung. Yang kebiasaan berenang pakai benen boleh naik pangkat sedikit.. Kami tidak sabar ingin mengganti pakaian dan menaruh barang di cottage warna warni yang telah kami sewa. Kamarnya nyaman, masing-masing cottage diisi dengan 2 bed besar, ruang ganti dan kamar mandi. Tempat tidur dilengkapi sprei dan 2 bantal + Bed cover yang dilapisi, ala hotel bintang..hanya fasilitas kamar mandi shower nya tidak bisa digunakan dan pintu kamar mandi tidak bisa mengatup, sehingga harus diganjal sesuatu untuk menutup pintu.

Tidak sempat berlama-lama menikmati kamar yang dilapisi lantai parquet, saya dan anak-anak langsung lari ke laut,..(baru sadar, kalau saya satu-satunya emak yang nyebur,..eh jadi malu). Sementara saya jadi pengarah bola dulu, untuk ditendang ke arah laut yang anak-anak berebut berenang mengejarnya. Lagi asyik bermain, tour guide mengarahkan kami segera naik kapal menuju pulau Pagang untuk melanjutkan berenang disana dan wisata underwater,...Tareeeeeeeeekkk.........Ulasan mengenai pulau Sirandah dan paketnya dapat dilihat di link ini atau ini


Mendekati pulau Pagang, semua mengucapkan kata takjub, indahnya ciptaan Yang Maha Kuasa. Kalau saya pribadi, melihat beberapa pulau ini pulau Pagang lah yang mencuri hati saya, yang mampu membuat kita berimajinasi minimal menulis puisi untuk mengungkapkan keindahannya..Tekad makin bulat untuk bersahabat dengan laut dengan mencoba paket apapun yang ditawarkan. Berenang, bercanda, main bola, banana boat, menyelam. Semua menikmati..
Tak terasa waktu semakin sore, saatnya kami kembali ke pulau Sirandah.
 
 

 
 Waktu terasa berjalan cepat, sampai di pulau Sirandah lagi sudah waktunya magrib. Terjadi kegaduhan karena air keran di kamar2 kami berhenti. Padahal waktunya membilas badan dan bersiap shalat, hal ini perlu jadi perhatian pengelola bahwa air ini adalah sarana yang sangar vital penunjang semua aktivitas dan kebersihan.
Menjelang makan malam terhidang, buat mengganjal perut kami menggoreng pisang kipas yag telah disediakan dari Pekanbaru. Berbekal kompor gas portable mini lengkap dengan panci penggorengan dan sodet, maka mulailah aksi para emak dalam hal masak-memasak. Gorengan laris manis. Tak lama makan malam pun terhidang dengan lauk ikan kerapu goreng cabe hijau,  jengkol balado, sayur tumis kol, ayam lado merah. Celingak-celinguk mencari pesanan khusus kami ikan kakap bakar. Ternyata tourleader punya rencana lain untuk memberi kejutan, bahwa barbeque dilakukan jam 11 malam,....sayang mata sebagian besar peserta sudah 5 watt dan menyerah dibawah selimut. Kebetulan malamnya turun hujan. Yang tinggal para "sepuh " dan 5 ABG. Ikan kakap merah segar dalam bumbu sedang dibakar. Tiba-tiba serombongan pemuda-pemudi datang membawa suasana panas. Mereka mulai overacting. Kami yang masih bersama ABG langsung mohon diri ke tourguide kami bahwa tontonan itu tidak layak untuk anak-anak kami dan minta ikannya diantar ke cottage kami saja.
Jadilah barbeque ikan kakap bakar 'dihajar 'orang yang masih terjaga. Ada pepatah kuno minang yang menyebutkan "urang lalok makanan urang jago ". So,,,ikan yang manis gurih meluncur indah ke lambung masing-masing sebagai penghantar tidur.
Esok pagi, gerimis masih menemani kami di pulau Sirandah sejak semalaman. Tapi tidak menyurutkan para emak untuk melanjutkan menggoreng pisang kipas lagi. Anak-anak belum bangun, mungkin lelah berenang dilaut seharian. Tak ada ampun oleh ustad kami semua harus bangun untuk shalat subuh. Kami tawarkan ke anak-anak untuk berenang lagi, ternyaa hanya Faiz yag masih mau,..hah yang lain malah asyik degan gadgetnya masing-masing. Jam 6 kami berjalan mengelilingi pulau untuk melihat pulau penyu. Kami mengira disana ada hewan penyu, ternyata disebut pulau penyu karena pulaunya yang berbentuk penyu. Kecele... Di depan pulau penyu tehampar Samudra Hindia. Benar saja bahwa pulau Sirandah ini adalah pulau paling luar dalam kawasan teluk. Kalau air laut sedang surut, pengunjung bisa berjalan menuju pulau penyu. Namun pagi itu pulau Sirandah dan pulau penyu terpisah dengan air setinggi lutut orang dewasa. Anak-anak  tidak ingin bermain air lagi. aneh ya mereka
Sarapan dan makan terakhir kami di pulau Sirandah yang disediakan pengelola. Jam 10 pagi kami akan c/o dari pulau. Cuaca kurang bagus, hujan deras membuat gelombang agak tinggi. Tapi kalau tiak ada angin/badai, kapal motor masih direkomendasikan untuk melaut. Hanya 2 kapal motor yang merapat ke dermaga Pulau Sirandah. Kapal bepenumpang baru dan kapal yang akan menjemput kami. Sedikit khawatir dengan cuaca pagi yang hujan, kami mengarungi teluk. Mesin bekecepatan penuh, ombak mengayun kapal naik turun, oleng kiri kanan,,,,,,,,,,brrrrrr mencekam. Ada 2 perahu yang berpapasan. Tiba-tiba mesin mengecil dan perahu berhenti. Rupanya serah terima barang dengan perahu motor lainnya. Makin mendekati pesisir Bungus hati kami mulai tenang. 2 orang penumpang menangis,..hhehe....ketika sampai di Dermaga, banyak calon penumpang lain memperhatikan kami, termasuk da Al pengelola dan guide kesayangan kami bernama Oka menatap kami dengan muka khawatir. Alhamdulillah tidak semuanya terlihat indah,...namun disitulah kita selalu merasa dekat dengan sang pencipta.
Saatnya balik ke Pekanbaru, sama halnya dengan kedatangan, balikpun terhadang macet dibeberapa titik.  Berangkat jam 11 tanggal 25 Desember 2017 dari Padang, sampai di Pekanbaru jam 9 pagi tanggal 26 Desember 2017.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar