I R I

Iri, itu mungkin kata yang cocok untuk menggambarkan bagaimana pikiran saya tentang tetangga yang ada didepan rumah, Tepatnya dibelakang rumah. Karena rumah kami saling membelakangi. Tetapi kalau mau masuk halaman saya harus memutar melalui depan rumah dan samping rumah orang itu.Mobil meawah keluar masuk,dari garagenya.Anggota keluaraga cuma 4,dua dewasa,dua anak, tanpa pembantu.Mobil, duhh bikin iri, 4biji, selalu update keluaran terbaru.Dikoran masih iklan,...dihalamannya ada.,....wuihhh


Kenapa saya bias iri pada orang itu? Kalau ingat kata “ saya iri” saya jadi malu hati, kenapa saya punya hati yang kotor, bias iri. Apalagi kalau saya mulai mengidentifikasi secara fisik. Maka saya akan mulai dari

: 1.Ya Tuhan, engkau ciptakan orang bermuka jelek ini,tapi bernasip baik

2. Gak sadar apa, udah wajah jelek sombong pula….

3. Daster butut itu terus yang dipakai, …gak cocok, ke warung saja mesti pakai CRV

4. Orang ini, mungkin kehilangan urat senyum,..hingga sulit untuk tersenyum pada orang lain

5. Apa?...ooo jadi dia lebih tua 5 tahun dari suaminya? (rumpian kami diwarung)

6. Kapok kalau minta sumbangan ke rumahnya,..udah diceramahin sama suaminya ,…ga disapa oleh nyonya jelek itu.

Sudah bermacam-macam cap yang disandangkan. Terutama saya yang ..”amit-amit” menyimpan benci teramat sangat dengan orang itu.

Untuk memuaskan rasa benci saya hari ini saya tumpahkan disini.

1. Buruk rupa

2. Pelit

3. Sombong

4. Sok

5. Kacang lupa kulitnya

6. Dll (capek juga ya kalau harus menyusun daftar jeleknya orang lain)

Bagaimana rasanya, apa saya puas? Setelah menuliskan beberapa makian terhadap orang itu. Apa ya manfaatnya,..apakah hati saya terasa terntram,..ternyata belum.

Tadi papas an lagi di toko obat. Turun dari sedan merah terbarunya dengan dagu terangkat. Sun Glasses Coklat ( tumben,…biasanya daster dengan sambungan celana panjang dan jaket super butut). Gamis kucel (sorry, ini otak saya jadi kurang normal untuk mendata warna). Sumpahhh. Gaya masih kampungan dan sok nya itu bikin saya ingin mun***.

Lalu….

Dengan mengikuti hati yang disaput benci , irama jantung saya lebih cepat dari biasanya. Hormon ditubuh saya juga bergolak, salah arah,…akibatnya… saya jadi sulit konsnsentrasi, hingga ketikan pun sering salah.

Artinya,...

Cape dehhhh..Banyak ruginya. Saya blingsatan setengah mati, uring-uringan, demam, menggigil, sementara dia,…..melenggang angkuh dengan dagu terangkat,…masih dengan muka jeleknya.Satu-satunya yang membuat saya puas, adalah mengingat wajah pas-pasan miliknya. Hidung ,mulut,  mata, semua pas pada tempatnya.

Setelah tulisan ini saya tidak akan iri lagi padanya karena manusia sudah diciptakan langkap dengan takdirnya. Soal sikap sombong, kampungan dan tidak biasa tersenyum, mungkin dia perlu sedikit pendidikan tambahan.