Morning with Laugh

Semenjak beberapa bulan belakangan ini, kegiatan briefing pagi tersa menjemukan. Bak anak sekolahan acara dimulai dengan doa, lalu Health environment and Safety dan dilanjutkan dengan usulan atau informasi. Waktu yang digunakan hanya 15 menit namun terasa bagaikan 15 tahun. Hal demikian membuat kami merasa dibawah tekanan dan sering berakibat marah. Teman-teman ku yang lain juga merasakan seperti itu kenapa ya,.....tanya kenapa??? Akibat kekurang nyamanan pagi, suasana tersebut kadang berpengaruh juga pada siswa. Kadang kurang terlayani dengan baik, tuntutan orang tua dan komunikasi yang tersangkut disuatu tempat...yah tidak ada yang abadi kecuali perubahan.. Berbeda dengan pagi ini. Kami seperti mendapatkan energi baru karena bliau-bliau sedang meeting ke Duri. Briefing tetap berjalan sesuai urutannya: Doa, HES dan pagi ini Tausiah. Mengingatkan kembali akan kandungan surat Alfatihah. Memang benar rasa bahagia itu harus dibangkitkan melalui hati. Komitmen akan pekerjaan dilakukan dengan emosional dan spritual yang cerdas. Kenapa kita harus merasa tertekan, merasa tidak dihargai, kecil. Tidak, kita harus mampu mengelola diri kita sendiri dan berbuat baik demi Ridha Allah yang tentunya akan memberi kebahagiaan bagi kita dimana pun berada baik dirumah, dikantor, disekolah dll. Teman-temanku yang hadir pada briefing pagi ini tersenyum dan memulai pakerjaan masing-masing dengan gembira dan bahagia. Apalagi sang OB telah menyuguhkan cangkir-cangkir teh manis hangat dan sekotak besar cake buah (sisa) snack meeting sore kemarin. Deuh sempat2 nya si OB menyimpankan cake ini untuk kami keesokan harinya.. Barakallahu...

Jajanan Sekolah

Ingat gak jaman kita sekolah dulu,...era 80 an Didepan sekolah (SD) berjejer orang berjualan makanan. Ada es tong-tong, Kerupuk kuah, Sutra/gulali, sate, pensi (remis), Roti goreng dengan Es lilin, Aneka gorengan (pisang, ubi, tahu/tempe dan bakwan). Waktu itu mungkin lazim anak-anak yang sering jajan terkena sakit perut atau diare. Bisa jadi tangan-tangan kecil para pembeli itu memang kotor, atau jualan yang tidak higienis. Rasanya masalah HES tidak begitu jadi perhatian. Waktu berlalu, rasanya dari zaman ke zaman kerumunan para pedagang yang mengharapkan pembeli anak -anak sekolah masih ada sampai sekarang. Malahan jenis makanan lebih bervariasi. Ada burger, sate sosis, pempek, bakso goreng, capucino cincau, milkshake dll. Tentu pengalaman dan pengetahuan akan kuliner anak-anak sekarang lebih maju luar bisa ketimbang kita ketika seumuran mereka. Kalau aku ingat pada pengalaman lalu suka senyum-senyum sendiri. Waktu itu kami baru kenal roti keluaran bakery. Yang produksi bakery di kota kecil kami adalah dari etnis cina. Antara percaya dan tidak soal kandungan babi dalam pengolahan roti tersebut kami tidak peduli. Ada sebuah roti yang menarik minat kami yaitu roti bertabur "kelapa". Soalnya roti yang beredar saat itu hanya roti mentega, isi kelapa dan isi cokelat/nenas. Tentu saja untuk membeli sebuah roti gemuk bertabur "kelapa" itu kami harus urunan. Ketika roti sudah ditangan, rasanya tidak sabar ingin segera melahapnya. Yang pertama menggigit, adalah teman ku. "Huekkk...kelapanya basi!" sentak teman ku. Lalu kami mengamati "kelapa" berwarna kuning pucat beraroma susu itu. "jangan dimakan,..." kembali teman ku mengingatkan" Aku yang sudah berlinangan liur tentu menolak seruannya. Dalam hati aku berucap betapa tolol nya diri mu, ini kan Keju. Sejujurnya aku juga belum pernah memakan keju, tapi pernah melihat foto roti bertabur keju dari majalah Bobo langganan ku dan dari buku-buku cerita Lima Sekawan. Hap! satu potongan besar remuk dimulutku , terasa lengket, nikmat sekali. Teman ku tidak berani lagi menggigit roti tersebut. Selanjutnya Roti "Kelapa" menjadi milik ku sepenuhnya. Rasanya saat ini dengan beragam informasi kuliner di media televisi maupun cetak, pengetahuan anak-anak maju pesat akan jenis makanan. Pengalaman akan roti "kelapa" mungkin tidak ada lagi. Tetapi kenakalan para pedagang yang tidak saja meng indahkan masalah kebersihan tapi juga membahayakan konsumennya. Dari tayangan investigasi di Trans TV kita lihat misalnya penggunaan saus pada burger murah, selai pada roti lapis yang terbuat dari bahan sisa pabrik bahkan dari limbah pasar. Belum lagi bakso yang diolah dari daging (tikus) atau daging kadaluarsa. Bagaimana dengan fried chicken?...berasal dari ayam tiren ? Dari mana para produsen mengetahui penggunaan formalin,lilin, borax, pewarna tekstil dan zat kimia berbahaya lainnya?.Dari berita, Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BBPOM) pusat menemukan fakta mengejutkan: 40 hingga 44 persen jajanan anak yang ada di pasaran tidak sehat dan sangat tidak layak dikonsumsi, karena mengandung zat adiktif (zat tambahan). Jajanan ini dibuat bukan oleh profesional, melainkan industri rumahan yang mayoritas dilakukan ibu rumahtangga, yang diduga antara lain menggunakan zat pewarna tekstil. Betapa jahatnya pedagang tersebut meracuni anak-anak kita. Generasi harapan bangsa yang akan membesarkan nama Indonesia menjadi negara yang bermartabat. Dari pengamatanku pada dagangan didepan sekolah Faiz, beberapa terlihat kotor, penggunaan minyak goreng yang sewarna oli, campuran minuman atas nama coke (yang paling digemari anak-anak), Egg Burger dengan saus antah berantah, Pempek (tepung+ MSG),...duuuh takut ya kalau Faiz ikut makan jajanan tersebut...Sampai saat ini masih untung Faiz tidak suka jajanan tersebut karena dirumah sering diingatkan akan jajanan sehat dan selalu membawa bekal. Ini khusus buat para emak, kembalilah ke zaman emak kita dulu yang sering membuat penganan rumah tanpa msg, menggunakan kaldu asli, menghindari pewarna, rajin inovasi jenis masakan . Demi keluarga, ayo singsingkan lengan daster, (pssst...jangan masak dengan daster tanpa lengan, bisa diprotes KPI hehe...)mari kita MEMASAK.

Urang Bagak ber pelat Merah

Terbiasa dengan berkendaraan taat aturan di dalam areal Chevron, butuh kehati-hatian ketika harus mengarungi jalanan diluar camp. Saat itu aku baru saja keluar gate/gerbang selatan menuju bundaran. Di depan ada rambu lalin yang menyebutkan bahwa harus mendahulukan kendaraan dari arah bundaran. Aku memelankan kendaraan ke arah kanan dengan lampu kanan menyala karena akan berbutar kekanan. Dari kaca spion aku lihat mobil Inova tergesa hendak memotong sambil menghidupkan klakson panjang,..Sepertinya orang itu (merasa) sangat penting . Mobil itu mendahului ku dan mengabaikan rambu-rambu. Angkot dari arah kanan berhenti mendadak, sementara dari arah depan, sebuah truk bermuatan pasir yang akan berbelok kekiri harus berhenti juga mempersilakan "tuan besar" yang duduk di mobil Inova hitam berpelat merah itu lewat. Tentu dalam hati tuan besar itu berkata bahwa jalan ini dibuat untuk dirinya dan kawan-kawannya yang berpelat merah. Begitu juga mobil yang didudukinya serta bensin yang digunakannya itu hanya miliknya serta gerombolannya saja... Ingin ku teriakkan makian untuk "tuan besar" itu, kalau yang membelikan premiumnya itu kita,...rakyat....agar para tuan besar itu bisa berkerja dengan tenang meningkatkan kesejahteraan rakyat dan mengajarkan aturan-aturan yang mereka buat..
Kalau dikampung kita sering mendengar kaum penindas dengan sebutan urang bagak baladiang, yang lain penindasnya adalah urang bagak berpelat merah..Sumpah serapah dari hasil demo kemarin (walaupun tidak simpatik karena merusak aset negara dan fasilitas umum)hendaknya dikirimkan juga untuk urang bagak berpelat merah itu.

Eh Copot,..ya Copot...

Dua kali sudah aku dipermalukan oleh sepatu. Jangan salahkan kaki ku yang tidak terima dengan sepatu murahan..Jangan sampai yang ke tiga kalinya. Cukup sudah.....
Kejadian pertama waktu aku memberi kata sambutan disebuah acara. Sejak malam hari segala sesuatu telah ku persiapkan. Rancangan pidato, pantun, baju serta penak-perniknya dandanan esok pagi. Waktu itu warna ungu. Dari ujung kepala sampai ujung rok sudah bernuansa ungu. Ungu tua ungu muda dan sebagai higlight warna baby pink. Untuk sepatu kebetulan aku tidak punya warna ungu,..ya sudah kebetula masih ada "sepatu Cynderella" warna perak bling-bling... Yakin sepatu tersebut aman di dalam kotak, aku tidak sempat memeriksanya malam itu
Paginya, selesai menyiapkan sarapan krucil dan bapak e, aku mulai mandi dan nyetel baju. Anak-anak berangkat sekolah, sambil pamitan dari teras saja. Aku sudah konsentrasi moles sana-poles sini di kamar,...bye nak,...
Waktu ku sebelum berangkat tersisa 20 menit lagi, tidak usah buru-buru. Lalu everything is OK? Yess!...riasan bagus, pasang kerudung pas gak miring-miring walau sampai keringatanmelilit sana sini, nyaris tercekik,..glk,..ahhh yg natural saja, cantik tapi tetap sya'i,.. Kita kan mulai ada peningkatan pengetahuan bahwa berkerudung itu, memang menutup aurat, tidak menutup kepala saja.
Tibalah "sopir" siap mengantar ke tempat acara. Masih ada 10 menit lagi, aku cek ke rak sepatu, kotaknya raib... geledah semua kotak sepatu yang ada, maka sepatuku sudah berada pada kotak berlebel Yongkids....ohhh sepatu Cinderella ku sudah penyet persis ayam penyet...
Bling-blingnya copot sebelah,...sudaaahhh pakai lem saaajaah,....beres kan????

Aku tiba di tempat acara dengan selamat dan penuh rasa percaya diri. Tibalah saatnya ke podium....(pastinya dengan muka dimanis-manisin biarpun rada jantungan) lancarrrr.. Saat kembali ketempat duduk itulah malapetaka terjadi. Mendadak tali sepatu putus, dan aku harus menanggung malu menyeret-nyeret sebelah sepatu sepanjang acara,...(tulalitnya padahal aku bawa sepatu cadangan loh,...tak ku ingat sedikitpun ada dalam tas penyimpanan yg kutaruh di bawah kursi)

Kejadian kedua, sewaktu mengantar Fira nonton hangergames dengan teman-temannya. Setelah para remaja itu masuk, aku dan Faiz keliling nyari tempat makan sambil menunggu Fira selesai nonton. Nah saat itulah Faiz mulai banyak tingkah,...minta makan lah, minta mainan lah..Kesepakatan dengan Faiz, kami hanya makan tidak beli mainan..(waktu itu lagi cekak tanggal tua) Kalau perut kenyang emosi kami berdua bisa terkendali. Sambil bercerita Faiz tak senganja menginjak sepatu ku,..ssreeettt...sepatu wedge setinggi 7cm turun menjadi 1 cm...sisanya yg 6cm sudah jalan duluan.