Sekolah yang Menyenangkan

Tahun ajaran 2011-2012 ini Faiz sudah masuk sekolah negri secara normal. Hari-hari bersekolah dilalui Faiz layaknya anak sekolahan. Pagi jam 6 sudah bangun dan bersiap ke sekolah. Pulang sekolah berjalan kaki, karena sekolahnya dekat. Walaupun secara kecerdasan emosionalnya masih dibawah usia rata-rata, tapi sudah menunjukkan kemajuan yang luar biasa. Sduah disiplin dengan sekolahnya, laporan tindakan kekerasan sudah berkurang, tapi kenakalan dan kejahilannya masih tinggi. Yang paling hebat, Faiz sudah bisa bermain dengan kelompok, artinya sudah bisa menguasai emosinya untuk sesekali mengalah dari teman mainnya. Sementara pencapaian akademisnya sudah banyak kemajuan. Misalnya sudah bisa membaca (dengan terbata-bata ), sudah bisa memahami perintah tapi masih suka seenaknya tidak mau mengerjakan tugas sekolah…(ini masih PR emaknya) Hanya untuk matpel social (PKn dan IPS) Faiz masih bingung apa itu hak dan kewajiban,..olala scara emaknya juga bingung menjelaskan. Lah kok pelajaran kelas 1 mumet begitu. Begitu juga dengan Siskamling, SIM dan KTP,… Mengutip tulisan WIDYA SARI dari sekolahnya orang tua : Anak-anak dituntut untuk mengerti banyak hal pada usia mereka masih sangat belia Anak-anak dijejali dengan begitu banyak materi pelajaran, mereka harus mahir berhitung, membaca bahkan berbahasa asing pada usia mereka yang begitu dini. Sama hal nya dengan tulisan ayah Edi di tabloid NOVA, yang menyebutkan bahwa di Australia, anak SD hanya belajar 3 mata pelajaran yaitu Art, Social dan Science. Dan memilih pelajaran yang benar-benar mereka sukai. Melatih anak untuk mengerti matematika butuh waktu 3 bulan sedangkan melatih budaya antri butuh waktu 15 tahun. Nah, dari hal tersebut bagaimana kebijakan Pendidikan Indonesia bisa mengakomodir kebutuhan pendidikan anak usia dini hingga tercapainya “Bangkitnya Generasi Emas Indonesia”. Seperti tema pidato mentri Pendidikan hari ini di hari Pendidikan Nasional.