e KTP Tak Kunjung Tiba

Dengan adanya e KTP konon segala hal bersumber dari kartu segi empat tersebut. Maha sakti mandraguna. Pengurusan e KTP telah dimulai sejak Oktober tahun silam. Bergantian dari berbagai RW kami mengurus e KTP. Bagi orang yang masih menggunakan KTP lama harus mengurusnya menjadi KTP warna biru. Sedangkan yang sudah biri dan Kartu Keluarganya yang sudah Komputerisasi bisa langsung mendapatkan KTP yang "katanya" selesai April 2012.

Menjelang April kok masih sepi belum seorangpun yang menerima e KTP. Aku masing anteng karena masih ada 2 bulan lagi dari batas penggunaan KTP ku yaitu tanggal 21 Juni 2012. Tapi setelah batas waktu tersebut e-KTP belum juga selesai wah gak bener ini. Tapi masih belum merasa penting ya masih nunggu aja.

 Juli 2012 aku harus membayar pajak sepeda motor aku mulai kasak kusuk ke kantor lurah maupun kantor camat. Jawaban yang kuterima adalah kata SABAR, kata petugas tersebut KTP siap diedarkan melalui kantor lurah. Hingga KTP suami juga sudah mati mati sang KTP belum juga kami terima. Pajak sepeda motor sudah jatuh tempo lewat 2 hari. Ini penting, soalnya aku tiap hari menggunakannya. Ke kantor, pasar, antar jemput les bahkan ke warung selalu menggunakan motor. Tidak ada jalan lain aku cuma mengandalkan SIM C untuk pengurusan pajak. Ternyata aku kecele, SIM C ku juga sudah mati tanggal 21 Juni bulan lalu. Untunglah pak polisi nya memberikan solusi supaya aku bisa menunaikan kewajiban sebagai warga negara yang baik taat pajak, aku masih bisa menggunakan SIM A. Telat 2 hari atau telat satu tahun sama saja aku tetap kena denda,..hiks.

Masalah SIM C, yang membuat langkah ku tersendat tetap harus diperpanjang. Maka berbekal keyakinan teguh kami langsung meluncur ke gerai perpanjangan SIM yang berada di Mall SKA. Sepertinya kami orang pertama yang memarkir mobil di basement. Mall belum buka. Tidak sampai setengah jam menunggu, akhirnya kami langsung menuju lantai 2 ke gerai SIM. Dengan manis om Polisi menyapa dan meminta KTP dan SIM C milik ku. Masih dengan muka manis juga, beliau mengembalikan dan meminta ku mengurus KTP dulu....!?!!! tidak ada yang bisa menggantikannya. Manisnya hari ini semanis kolak. Pahitnya hari ini sepahit pare. Apun urusannya kak, pasti pakai KaTePe . Kira - kira begitulah ungkapan om Polisi masih dengan senyum manisnya.

Bulu Kaki dan Tahi Lalat

Ketika masih kanak-kanak, alangkah senangnya kita bisa bermain seharian diluar rumah. Berlarian direrumputan, bersembunyi disemak-semak, bahkan bermain tali di halaman berdebu. Bebas berlari seringan angin. Tanpa takut dimarahi ibu atau diteriaki jangan main kotor, atau selusin kata " jangan" lagi. Apalagi pikiran  takut hitam.

Aku tak akan lupa bagaimana asal muasal tumbuhnya bulu di kaki dan tangan ku. Ceritanya begini. Setelah pulang sekolah, aku masih harus mengikuti madrasah untuk belajar mengaji. Tanpa mandi langsung pergi begitu saja. Seringkali sambil menunggu giliran membaca kitab suci, kantuk menaungi mataku. Perjuangan berat selama menempuh madrasah antara kantuk dan rasa malas. Suara lidi memukul meja sontak membuat kami yang sudah mulai terbuai akan terkejut dan buru-buru memperbaiki posisi duduk. Tapi begitu jam istirahat tiba  menjelang shalat Ashar, segera wajah-wajah kami berseri. Jajanan pertama yang kami serbu adalah es kacang hijau,ketan hitam dan nangka buatan rumahan teman mengaji kami juga. Berdesakan didepan jendela rumah dengan teriakan nyaring kami berebut membeli es. Habis itu tali pun diulur. Sambil ngemut es, kami  berlompatan mengikuti alunan tali. Karena rokku panjang  terpaksa rok dilipat dua dan dijepitkan dipinggang. Waktu wudhu ketahuanlah kaki-kaki kami telah berselimut debu.

Jika hari minggu tiba, saatnya untuk bermain . Lokasinya bisa berpindah-pindah diantara rumah ku dan teman lain. Kadang kami memilih lokasi bermain di belakang Gedung Tri Arga yang merupakan  ikon kota Bukittinggi kota masa kecilku. Kebetulan rumah kami berada dibelakang gedung tersebut. Paling asyik kami mengadakan lomba lari dari undakan tanah berumput bagian atas meluncur kebawah. Bisa juga dengan beralaskan kardus bekas, kami meluncur disepanjang lereng. Lelah berlari kami akan berbaring sambil memandang langit biru dan burung-burung yang berterbangan dibawah rindangnya pohon cemara.
Bosan berlarian, kami  bermain sepatu roda atau sepeda di jalanan. Waktu itu jalanan dekat rumah kami masih sepi. Paling sepeda motor, karena penduduk disekitar rumah ku tidak ada yang punya mobil. Lha mau masuk kemana, tempatnya dilereng bukit dengan kontur bertingkat-tingkat. Antara satu rumah dan rumah lainnya terhubung dengan tangga atau jalan setapak. Areal ini juga sering dijadikan tempat memanjat. Sudah pasti sekujur kaki dan tangan bakal dipenuhi debu.
Suatu sore sepulang bermain, kulihat kaki ku menjadi lebih putih dari biasanya. Setelah diamati lebih seksama  kulit tersebut kering dengan kulit-kulit yang nyaris terkelupas. Dengan cemas aku membasuh kaki dengan air yang sedingin es. Lalu mencuci muka dengan air hangat dari termos. Mandi adalah bagian yang paling tidak menyenangkan.  Maka tergolonglah diriku pada anak-anak yang jarang mandi. Yang kemungkinan besar jadi penyebab kulit kering. Bukan kulit berdaki ya apalagi masalah bau badan. Persoalan besar saat itu adalah kulit kering.
Tiba-tiba terbesitlah ide untuk menggunakan minyak goreng agar terbebas dari kulit kering. Hampir tiap hari sebelum pergi dan pulang  bermain dengan rajin aku meminyaki kaki dan tangan. Hal ini mengalahkan kerajinanku menyisir dan meminyaki rambut tentunya.Waktu berjalan sampai akhirnya aku mengenal lotion berwarna merah jambu. Tapi saat aku hendak mengolesi lotion wangi tersebut bulu-bulu halus sudah memenuhi kaki dan tangan ku. Dengan terkejut aku juga mendapati rambutku telah berubah  menjadi keriting.

Diantara aku dan teman-teman memiliki masing-masing 1 tahi lalat. Kata salah seorang teman, kita dapat memindahkan tahi lalat ini ketempat yang kita inginkan. Caranya dengan mencubit tahi lalat 'induk' lalu memindahkan  dengan cara menempelkan ke tempat,............
"aku pengen tahi lalat ala Dina Mariana"... artis cilik saat itu, maka aku menempelkan jari ke dagu. "Aku pengennya tahi lalat Titik Sandora" maka aku menempelkan jariku  keatas bibir ,....lalu mirip Elvi Sukaesih atau,......pengen iseng saja menepelkan ketengah-tengah pipi. Dan seterusnya sambil tertawa-tawa menirukan gaya artis pujaan kami masing-masing. Terus ke telapak kaki dengan harapan kelak akan merantau ke kota lain, atau ke telapak tangan dengan harapan kelak akan jadi orang banyak uang atau ke pundak dengan harapan kelak akan membantu orang lain yang susah.
Sekarang nyaris semua tahi lalat tempelan itu berada ditempatnya masing-masing sesuai keinginan waktu itu. Diatas bibir,di dagu dan yang paling ramai ditengah-tengah pipi, sehingga wajahku kebanjiran tahi lalat.
Jawaban sementara dari keanehan ketika masih  anak-anak adalah:
1. Bulu kaki tumbuh karena sering diolesi minyak goreng (berbahan kelapa)
2. Rambut keriting karena sering berlarian dibawa angin
3. Walau jarang mandi, tidak sebutir korengpun hinggap dikulitku
4. Tahi lalat bisa beranak pinak ketempat yang kita inginkan

Semua jawaban diatas, ku yakini benar adanya, tanpa perlu penelitian ilmiah sebagai kenangan masa kanak-kanak

Bwt ikutan giveaway nya mak Winda

Pengen Kuliah Lagi

Kelar S2 akhir tahun lalu, rasanya plong,...legaaa,.....dan.... kosong. Waktu itu aku didaulat untuk memberi sepatah kata perpisahan dihadapan rektor , para ketua prodi dan rekan dari berbagai prodi. Duh kok rasanya nyesek gitu ya, tiba-tiba gak mau ninggalin universitas..padahal waktu urusan tesis, sebalnya minta ampun. Ada uraian air mata waktu proposal ku ditolak h-1 jadwal seminar, ... mencari pembimbing yang keluar kota mulu,....belum lagi masalah kecil SK pembimbing yg hilang, bukti pembayaran SPP yg tidak komplit...rasanya pegal banget...nget..nget...

Sekarang ijazah udh ditangan, mau diapakan?...minta kenaikan pangkat atau jabatan belum layak.. bukan krn nilai ku jelek loh atau kinerja ku buruk,..tapi nasip belum berpihak...hihi...ngeles.com. Permohonan ku yang tergolong lebay oleh pimpinan orla malah menuai ancaman...begitulah dinamika institusi (pendidikan) ditempat kami. Oh iya,..kembali keperasaan kosong setelah selesai kuliah mewarnai hari ku yang sekarang dirundung bengong... sana...bengong sini kecuali untuk urusan Rumah Tangga. Nah disini letak permasalahannya. Biasanya tiap hari aku harus menulis artikel atau makalah dan membaca buku referensi minimal 5 buku setiap hari. Sekarang cuma nulis diari dan sekali-sekali nulis di blog. Jadi...kekosongan itu harus diisi dong...Maka muncullah ide untuk kuliah lagi . Padahal waktu prof pembb 1 ku menawarkan lanjut ke S3 aku langsung menolak,..enggak ah prof capek....tapi,...ta...tapiiii pengiiiiiinnnn.

Hmmmm ,...apa aku gak malu harus rebutan biaya kuliah dengan Fiki dan Fira? Tahun depan Fiki akan UN dan melanjutkan ke S1. 2 tahun berikutnya Fira. Cadangan anggaran kuliah mereka sudah aku gerogoti sedikit. Ngambil S1 sekarang pun biayanya bertingkat. Ada jalur SNMPTN, jalur Mandiri,Bibit Unggul Daerah, Instansi dan kabarnya ada jalur debat angka (rupiah). Jadi untuk semntara keinginan tersebut disimpan saja. KECUALI ada beasiswa untuk emak-emak yang masih punya semangat kuliah lagi.....ada gak yaaaaaaa

Yukk,.... Belajar Berpuasa

Sebenarnya aku bukan ibu baru lagi dalam hal mengajak anak berpuasa. Saking suksesnya aku sampai lupa bagaimana cara mengajak anak untuk ikut berpuasa. 10 tahun yang lalu saat Fikri dan Fira SD, rasanya tidak repot-repot amat. Anak-anak sepertinya sudah paham kenapa harus puasa. Bangun sahur, habis shalat subuh sempat tidur sebentar, lalu sekolah. Pulang sekolah, anak2 sibuk dengan PR nya, main dengan teman-temannya.. Waktu berbuka memang saat paling meriah. Ini akan menjadi ajang saling mengukur gelas siapa yang paling penuh dan mangkuk mana yang paling penuh. Lalu mereka akan shalat tarawih bersama teman dan sepupu mereka serta masih sempat mengisi buku amaliah ramadhan. Hal-hal yang menggelikan hanya saat menunggu berbuka. Lain itu lancarrrr.

Bulan ini agaknya akan menjadi Ramadhan tersulit yang akan kami lalui. Disebabkan ini adalah pelajaran berpuasa pertama kali untuk Faiz. Padahal usianya akan 8 tahun. Kalau dua tahun yang lalu, Faiz ikut sahur tapi belum mengerti tentang kewajiban sebagi umat Islam atau kenapa harus belajar puasa, pokoknya cuek abis. Sejak bulan lalu kami sudah mulai berkampanye mengenai puasa dan kewajiban umat Islam secara Faiz sudah belajar Hak dan Kewajiban dalam pelajaran PKN. Dengan iming-iming Faiz akan dapat hadiah "manambang" maka kami berupaya membujuknya.

Hari pertama sahur, Faiz mengutarakan niatnya puasa sampai jam 12 siang. Menjelang jam 12 semua berjalan lancar. Anak2 tetangga berkumpul dirumah dan aku mengizinkan mereka duduk diruang tamu sambil membaca buku. Tapi 10 menit menjelang jam 12 Faiz langsung pasang aksi menyuruh teman-temannya pulang. Lalu menyiapkan minum untuk berbuka. Makan siang dan minum air putih. Tidak ada sirup atau kue-kue. Itu sudah kesepakatan kami dan Faiz maklum, bahwa tidak ada "kemewahan" jika berbuka diawal waktu. Setelah itu puasa dilanjutkan lagi hingga waktu berbuka sebenarnya

Hari kedua Faiz membuat kesepakatan menunda berbukanya dari hari pertama menjadi jam 14. Ini cobaan berat. Karena sejak jam 10 Faiz mulai rewel pengin minum. Pertarungan dimulai dengan jurus bujuk rayu, janji manis sampai ancaman. Sewaktu aku mengeluarkan ancaman jika tidak mau puasa anak akan masuk neraka, Faiz malah mengomel tidak mau beragama Islam karena ada puasa dan sunat........???!!!??? ..Belum pernah ada yang blak-blak an begini menyatakan pikirannya. Berarti jurus ancaman harus segera dihapus. Aku mengajak Faiz mendengar nasyid dan bermain tebak-tebakan.. Jam beranjak ke angka 12.30. Selesai Shalat Zuhur, Faiz mulai kasak-kusuk lagi. Dan lagi-lagi rayuan pulau kelapa dinyanyikan. Aku ajak tiduran, sepertinya Faiz mulai kriyep-kriyep dihadapan jam weker yang sejak jam 13.00,weker tersebut sudah berpindah tempat. Waktu itu ku pikir Faiz sudah tertidur, ternyata ketika jarum jam menunjukkan posisi diangka 12 dan angka 2, dengan segera Faiz bangun lalu berbuka. Faiz sudah bisa konsisten dengan janjinya.

 Alhamdulillah dalam pelajaran berpuasa ini banyak hal yang sudah berubah dari anak bungsu ku ini. Walaupun belum bisa berpuasa penuh tapi ada yang sudah bisa dipahaminya yaitu niat dan janji. Dari Faiz aku juga belajar kapan kita harus mengeluarkan bujukan dan kapan kita mengancam. Jika salah, maka akan salah pemahaman si anak dalam beragama, sesuatu yang abstrak yang bagi anak2 tertentu sulit untuk memahaminya. Semoga kita menjadi orang tua yang selalu amanah dan berusaha mengindarkan keluarganya dari api neraka....