Ingin jadi Imam


Siang itu Faiz mengutarakan cita-cita terbarunya untuk jadi Imam. Sontak kami meng amin kan bersama-sama. Cita-cita yang lalu selalu berakhir dengan 1 tonjokan di punggung Bang Fikri karena diledek.
Cita-cita pertama akan menjadi tukang sumur bor. Tidak masalah karena bisa saja Faiz ahli eksplorasi dan menemukan sumur-sumur minyak. Senyum bangga tersungging di bibirnya. Faiz mulai bereksplorasi, mencabut kabel-kabel (menganggap kabel sebagai selang). Satu pojok telah dipenuhi kabel malang melintang , termasuk kabel laptop,charger ipod, tali prakarya kakak. Belum puas dengan kabel ditambah dengan kasur busa dan setir bekas. Masih belum cukup! baru saja Faiz menemukan kaca spion bekas. Gelk..... ini bukan eksplorasi sumur tapi jadi pemulung mungutin barang bekas di rak gudang.

1 jam berikut semua ruangan jadi kacau balau karena thema sudah berubah jadi tukang truk sampah berikut cita-cita jadi tukang (sopir)truk sampah. Permainan berakhir setelah semua kabel dan pernak pernik di"razia" kamtib mami....lalu Faiz mengamuk di kamar mandi sekalian mandi lalu mendaratkan tinju kecilnya di punggung bang Fikri alias 'abang (kambing) hitam sebagai pelampiasan marahnya ke kamtib.

Beberapa minggu dengan cita-cita jadi tukang sumur bor, (jadi tukang sampah hanya sebentar), Faiz berencana jadi tukang sate. Ya bagus nak,...mungkin yang dimaksud jadi Chef di restoran milik sendiri yang berbintang 5. Keyboard komputer dan pianika jadi grill pembakar sate. Sate adalah lidi es prakarya kakak yang sudah dirontokkan.Kipasnya kipas sate beneran. Faiz punya loh peralatan masak. Ada kompor kecil,piring,gelas,mangkuk,kulkas,wortel,cake dll.Punya Faiz sendiri dan warisan dari Kakak. Tapi cara mainnya tetap maskulin karena jual sate ala ajo-ajo. Kadang satenya diberi keju atau stroberi....
"Beli sate Pak"...(setiap sapaan selalu disertai Pak)lalu mengipas dengan semangat
"mau ditambah keju Pak".....lagaknya menyerut keju.(seperti apa ya rasanya?)
" Pakai Jus ya Pak.." dan blender pun mendengung dari mulutnya .
Service ditambah dengan menggorengkan kentang....dari mulut Faiz terdengar " cisssssssssssssssssss " dan berhamburan lah gerimis ludah ke mangkuk-mangkuk kecil.

Lagi-lagi areal main berkembang ke mana-mana dengan bahan makin meningkat ke laptop beneran, pena,majalah...Lagi-lagi kamtib mami harus bertindak tegas menggusur pedagang berjualan di areal privacy. Dan lagi-lagi punggung abang jadi samsak.

Kali ini ingin menjadi Imam. Bahagianya Faiz akan menjadi anak shaleh, shalat berjamah malahan jadi Imamnya. Nanti jadi Chatib Jumat ya Nak.Suatu hari nanti Chatib akan dicari-cari karena semua orang tidak ada yang bisa jadi Imam.
Faiz: " Setuju! Faiz jadi Imam untuk shalat mami meninggal"
............APPPPAAAAAAAAAAAAA???????????!!!!!!!!!!!!!!?????????????????????
Buru-buru Faiz meralat,..:"Nanti kalau mami sudah tua" katanya anteng,...
Bang Fikri tidak kuat menahan tawa, dan sekali lagi tonjokan mendarat dipunggungnya.

Jajanan Baru

Setiap pulang ke Bukittinggi, aku selalu menyempatkan makan makanan tradisional. Kenangannya menambah citarasa makanan yang dimakan. Suasana dingin, perabotan lama, buku dan album lama, apalagi kalau sempat baca diari zaman sekolahan dulu. Makanan jadi tambah lezato.

Berharap hari Minggu kemarin mengajak Deni bernostalgia gak kesampaian. Karena tidak tega membawanya kedalam pasar. Tapi Felia mau ikut kalau diajak makan Pizza atau Steak. Gelk! di Bukittinggi ada Pizza? Kalau steak mungkin dari dulu disepanjang cafe yang dihuni para turis sudah ada, tapi kalau kedai Pizza,....ow..ow...ow....kue Pancung sudah kehilangan pelanggan. Apalagi getuk/tumbang ubi bagulo saka makin tidak sidukai anak-anak. Padahal sayatannya bisa mirip Pizza loh. Bisa kenyang seharian kalau di iris ukuran medium.

Felia anak Deni terlihat sumringah dengan baju merah dan celana jeans pensil serta sepatu flat berbunga. Hmm cukup modis untuk anak umur 12 tahun menjelang abg. Dengan malu-malu Felia mengatakan tidak mau ke Pizza Hut tapi pingin ke Haus Tea..disana Steaknya enak terang Felia. Kami mengikuti kemauannya.

Malam itu tidak begitu dingin, kami meluncur dengan Honda Jazz hitam yang disopiri dr.Mardi sepupunya Deni. Di jalan A.Yani (Kampung Cina) sudah berjejer Pizza dan Kentucky. Pilihan Felia tetap ke Haus Tea. Sambil terus promosi asuransi Prudential da Di (begitu kami biasa menyapa) menyilakan memilih menu. Dengan mahirnya Felia memilih dan agak malu-malu menyebutkan pilihannya. Sang mama juga menawarkan minum dan aku memilih koctail leci ( ternyata sirup rasa leci + nata de coco plus biji selasih).
Makan Sosis Grill cukup nikmat,..1 batang sosis + kentang goreng dan salad buah saus mayonaise dengan segelas sirop leci alias koctail. Sementara Felia pelan tapi pasti menghabiskan potongan daging terakhirnya setelah memulai makan spagheti dan kentang goreng, menyisakan 3 batang buncis.Di perut kecilnya 2 macam karbohidrat sedang diaduk-aduk..(kentang dan spagheti yang disebutnya mi).
Deni dan da Di sama -sama menceritakan kalau anak-anaknya doyan makan Pizza, untuk ukuran Medium, alm Ari sanggup menghabiskan sendiri, sedang anak2 da Di berdua. Deni malam itu menghabiskan isi hotplatenya.

Kembali kerumah jam 10 malam,...aku masih merindukan makan kue pancung dan katupek kapau. Sayang sampai kembali ke Pekanbaru aku tidak sempat mencicipi makan tersebut. Padahal aku yakin kue-kue manis itu tengah menunggu ku untuk disantap.....