Jajanan Sekolah

Ingat gak jaman kita sekolah dulu,...era 80 an Didepan sekolah (SD) berjejer orang berjualan makanan. Ada es tong-tong, Kerupuk kuah, Sutra/gulali, sate, pensi (remis), Roti goreng dengan Es lilin, Aneka gorengan (pisang, ubi, tahu/tempe dan bakwan). Waktu itu mungkin lazim anak-anak yang sering jajan terkena sakit perut atau diare. Bisa jadi tangan-tangan kecil para pembeli itu memang kotor, atau jualan yang tidak higienis. Rasanya masalah HES tidak begitu jadi perhatian. Waktu berlalu, rasanya dari zaman ke zaman kerumunan para pedagang yang mengharapkan pembeli anak -anak sekolah masih ada sampai sekarang. Malahan jenis makanan lebih bervariasi. Ada burger, sate sosis, pempek, bakso goreng, capucino cincau, milkshake dll. Tentu pengalaman dan pengetahuan akan kuliner anak-anak sekarang lebih maju luar bisa ketimbang kita ketika seumuran mereka. Kalau aku ingat pada pengalaman lalu suka senyum-senyum sendiri. Waktu itu kami baru kenal roti keluaran bakery. Yang produksi bakery di kota kecil kami adalah dari etnis cina. Antara percaya dan tidak soal kandungan babi dalam pengolahan roti tersebut kami tidak peduli. Ada sebuah roti yang menarik minat kami yaitu roti bertabur "kelapa". Soalnya roti yang beredar saat itu hanya roti mentega, isi kelapa dan isi cokelat/nenas. Tentu saja untuk membeli sebuah roti gemuk bertabur "kelapa" itu kami harus urunan. Ketika roti sudah ditangan, rasanya tidak sabar ingin segera melahapnya. Yang pertama menggigit, adalah teman ku. "Huekkk...kelapanya basi!" sentak teman ku. Lalu kami mengamati "kelapa" berwarna kuning pucat beraroma susu itu. "jangan dimakan,..." kembali teman ku mengingatkan" Aku yang sudah berlinangan liur tentu menolak seruannya. Dalam hati aku berucap betapa tolol nya diri mu, ini kan Keju. Sejujurnya aku juga belum pernah memakan keju, tapi pernah melihat foto roti bertabur keju dari majalah Bobo langganan ku dan dari buku-buku cerita Lima Sekawan. Hap! satu potongan besar remuk dimulutku , terasa lengket, nikmat sekali. Teman ku tidak berani lagi menggigit roti tersebut. Selanjutnya Roti "Kelapa" menjadi milik ku sepenuhnya. Rasanya saat ini dengan beragam informasi kuliner di media televisi maupun cetak, pengetahuan anak-anak maju pesat akan jenis makanan. Pengalaman akan roti "kelapa" mungkin tidak ada lagi. Tetapi kenakalan para pedagang yang tidak saja meng indahkan masalah kebersihan tapi juga membahayakan konsumennya. Dari tayangan investigasi di Trans TV kita lihat misalnya penggunaan saus pada burger murah, selai pada roti lapis yang terbuat dari bahan sisa pabrik bahkan dari limbah pasar. Belum lagi bakso yang diolah dari daging (tikus) atau daging kadaluarsa. Bagaimana dengan fried chicken?...berasal dari ayam tiren ? Dari mana para produsen mengetahui penggunaan formalin,lilin, borax, pewarna tekstil dan zat kimia berbahaya lainnya?.Dari berita, Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BBPOM) pusat menemukan fakta mengejutkan: 40 hingga 44 persen jajanan anak yang ada di pasaran tidak sehat dan sangat tidak layak dikonsumsi, karena mengandung zat adiktif (zat tambahan). Jajanan ini dibuat bukan oleh profesional, melainkan industri rumahan yang mayoritas dilakukan ibu rumahtangga, yang diduga antara lain menggunakan zat pewarna tekstil. Betapa jahatnya pedagang tersebut meracuni anak-anak kita. Generasi harapan bangsa yang akan membesarkan nama Indonesia menjadi negara yang bermartabat. Dari pengamatanku pada dagangan didepan sekolah Faiz, beberapa terlihat kotor, penggunaan minyak goreng yang sewarna oli, campuran minuman atas nama coke (yang paling digemari anak-anak), Egg Burger dengan saus antah berantah, Pempek (tepung+ MSG),...duuuh takut ya kalau Faiz ikut makan jajanan tersebut...Sampai saat ini masih untung Faiz tidak suka jajanan tersebut karena dirumah sering diingatkan akan jajanan sehat dan selalu membawa bekal. Ini khusus buat para emak, kembalilah ke zaman emak kita dulu yang sering membuat penganan rumah tanpa msg, menggunakan kaldu asli, menghindari pewarna, rajin inovasi jenis masakan . Demi keluarga, ayo singsingkan lengan daster, (pssst...jangan masak dengan daster tanpa lengan, bisa diprotes KPI hehe...)mari kita MEMASAK.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar