Urang Bagak ber pelat Merah

Terbiasa dengan berkendaraan taat aturan di dalam areal Chevron, butuh kehati-hatian ketika harus mengarungi jalanan diluar camp. Saat itu aku baru saja keluar gate/gerbang selatan menuju bundaran. Di depan ada rambu lalin yang menyebutkan bahwa harus mendahulukan kendaraan dari arah bundaran. Aku memelankan kendaraan ke arah kanan dengan lampu kanan menyala karena akan berbutar kekanan. Dari kaca spion aku lihat mobil Inova tergesa hendak memotong sambil menghidupkan klakson panjang,..Sepertinya orang itu (merasa) sangat penting . Mobil itu mendahului ku dan mengabaikan rambu-rambu. Angkot dari arah kanan berhenti mendadak, sementara dari arah depan, sebuah truk bermuatan pasir yang akan berbelok kekiri harus berhenti juga mempersilakan "tuan besar" yang duduk di mobil Inova hitam berpelat merah itu lewat. Tentu dalam hati tuan besar itu berkata bahwa jalan ini dibuat untuk dirinya dan kawan-kawannya yang berpelat merah. Begitu juga mobil yang didudukinya serta bensin yang digunakannya itu hanya miliknya serta gerombolannya saja... Ingin ku teriakkan makian untuk "tuan besar" itu, kalau yang membelikan premiumnya itu kita,...rakyat....agar para tuan besar itu bisa berkerja dengan tenang meningkatkan kesejahteraan rakyat dan mengajarkan aturan-aturan yang mereka buat..
Kalau dikampung kita sering mendengar kaum penindas dengan sebutan urang bagak baladiang, yang lain penindasnya adalah urang bagak berpelat merah..Sumpah serapah dari hasil demo kemarin (walaupun tidak simpatik karena merusak aset negara dan fasilitas umum)hendaknya dikirimkan juga untuk urang bagak berpelat merah itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar