Dalam kehidupan kita tidak ada yang sama. Usia akan berubah menjadi lebih tua, anak-anak akan tumbuh dewasa, karir akan naik , dan sebagainya. kalau kita tetap sama dengan hari-hari atau tahun-tahun kemarin artinya kita adalah orang yang merugi.
Begitulah saat ini si sulung kami berada di kota lain. Si gadis tinggal di kos annya di dekat kampus, tinggallah kami beritiga menikmati sahur, berbuka dan tarawih. Untunglah teknologi saat ini , yang jauh terasa dekat berkat video call. Kami masih memantau keadaan mereka seperti saat berbuka seperti apa walau perbedaan jam berbuka.
Bersyukur semua dalam keadaan sehat, gembira menikmati hari-hari baru mereka bahkan si nenek dan kakek di kampung pun baik-baik saja menikamati Ramadhan dalam "kesendirian"mereka.
Mengintip dunia maya, wah wah perang pemikiran masih berlanjut. Masih muncul tokoh-tokoh panggung sandiwara, bintang socmed baru, perseteruan antar suporter dan fitnah-fitnah. Merinding kalau membacanya. Ada anak remaja yang diblowup media secara intens, akan pemikiran liberalnya. Seakan menggiring pembaca untuk setuju atas pemikiran anak baru gede yang untuk mengatupkan rahangnya saja masih kesulitan. Pemikiran yang sedang dinaikkan kelasnya ke kelas perguruan tinggi ternama.. wusshhh ternama...
Lalu apa kabarnya si bocah jenius penemu tenaga listrik dari pohon kedondong? Disaat Indonesia sedang gencar-gencarnya mencari tambahan pemasukan negara, mestinya makin banyak masyarakat Indonesia yang berinovasi menciptakan sumber daya yang tidak membebani pemerintah seperti listrik negara, air negara dll, Sehingga negara tidak lagi mengincar-incar tabungan atau kekayaan pribadi rakyatnya. Konon jika rakyat memiliki tabungan diatas 200 juta juga akan dipajakin lagi,..hmmm jadi mirip-mirip zaman VOC nih.
Dari mimbar dakwah saat tarawih di mesjid, para penceramah yang menginformasikan pesan-pesan pemerintah agar kita kembali berpegang teguh pada Pancasila, dasar negara Indonesia. Tapi untunglah sang ulama tidak membaiat kami dengan kata-kata
"Saya Indonesia, Saya Pancasila"
Karena dalam keseharian kami rakyat Indonesia (asli) telah tertanam nilai-nilai pancasila dari setiap sila-silanya, Insya Allah bertauhid,beradab, penuh persaudaraan, dan adil.
Namun pesan yang tersirat adalah betapa mirisnya keadaan Islam di tempat yan mayoritas muslim, terjadinya ulama di kriminalisasi, tokoh politik yang bersebarangan dengan penguasa dibusukkan, isue sentimen agama dengan pencitraan bahwa pimpinan muslim adalah koruptor. Fitnah sengaja ditebar. Dan ini seolah - olah kembali ke zaman Nasakom,
Dari balik jendela dapur, kami berdoa
Rabbanaa La tajálna fitnatanlillazii na kafaruu wagfirlana rabana innaka anta l 'ázizul hakiim
Tidak ada komentar:
Posting Komentar