Bulu Kaki dan Tahi Lalat

Ketika masih kanak-kanak, alangkah senangnya kita bisa bermain seharian diluar rumah. Berlarian direrumputan, bersembunyi disemak-semak, bahkan bermain tali di halaman berdebu. Bebas berlari seringan angin. Tanpa takut dimarahi ibu atau diteriaki jangan main kotor, atau selusin kata " jangan" lagi. Apalagi pikiran  takut hitam.

Aku tak akan lupa bagaimana asal muasal tumbuhnya bulu di kaki dan tangan ku. Ceritanya begini. Setelah pulang sekolah, aku masih harus mengikuti madrasah untuk belajar mengaji. Tanpa mandi langsung pergi begitu saja. Seringkali sambil menunggu giliran membaca kitab suci, kantuk menaungi mataku. Perjuangan berat selama menempuh madrasah antara kantuk dan rasa malas. Suara lidi memukul meja sontak membuat kami yang sudah mulai terbuai akan terkejut dan buru-buru memperbaiki posisi duduk. Tapi begitu jam istirahat tiba  menjelang shalat Ashar, segera wajah-wajah kami berseri. Jajanan pertama yang kami serbu adalah es kacang hijau,ketan hitam dan nangka buatan rumahan teman mengaji kami juga. Berdesakan didepan jendela rumah dengan teriakan nyaring kami berebut membeli es. Habis itu tali pun diulur. Sambil ngemut es, kami  berlompatan mengikuti alunan tali. Karena rokku panjang  terpaksa rok dilipat dua dan dijepitkan dipinggang. Waktu wudhu ketahuanlah kaki-kaki kami telah berselimut debu.

Jika hari minggu tiba, saatnya untuk bermain . Lokasinya bisa berpindah-pindah diantara rumah ku dan teman lain. Kadang kami memilih lokasi bermain di belakang Gedung Tri Arga yang merupakan  ikon kota Bukittinggi kota masa kecilku. Kebetulan rumah kami berada dibelakang gedung tersebut. Paling asyik kami mengadakan lomba lari dari undakan tanah berumput bagian atas meluncur kebawah. Bisa juga dengan beralaskan kardus bekas, kami meluncur disepanjang lereng. Lelah berlari kami akan berbaring sambil memandang langit biru dan burung-burung yang berterbangan dibawah rindangnya pohon cemara.
Bosan berlarian, kami  bermain sepatu roda atau sepeda di jalanan. Waktu itu jalanan dekat rumah kami masih sepi. Paling sepeda motor, karena penduduk disekitar rumah ku tidak ada yang punya mobil. Lha mau masuk kemana, tempatnya dilereng bukit dengan kontur bertingkat-tingkat. Antara satu rumah dan rumah lainnya terhubung dengan tangga atau jalan setapak. Areal ini juga sering dijadikan tempat memanjat. Sudah pasti sekujur kaki dan tangan bakal dipenuhi debu.
Suatu sore sepulang bermain, kulihat kaki ku menjadi lebih putih dari biasanya. Setelah diamati lebih seksama  kulit tersebut kering dengan kulit-kulit yang nyaris terkelupas. Dengan cemas aku membasuh kaki dengan air yang sedingin es. Lalu mencuci muka dengan air hangat dari termos. Mandi adalah bagian yang paling tidak menyenangkan.  Maka tergolonglah diriku pada anak-anak yang jarang mandi. Yang kemungkinan besar jadi penyebab kulit kering. Bukan kulit berdaki ya apalagi masalah bau badan. Persoalan besar saat itu adalah kulit kering.
Tiba-tiba terbesitlah ide untuk menggunakan minyak goreng agar terbebas dari kulit kering. Hampir tiap hari sebelum pergi dan pulang  bermain dengan rajin aku meminyaki kaki dan tangan. Hal ini mengalahkan kerajinanku menyisir dan meminyaki rambut tentunya.Waktu berjalan sampai akhirnya aku mengenal lotion berwarna merah jambu. Tapi saat aku hendak mengolesi lotion wangi tersebut bulu-bulu halus sudah memenuhi kaki dan tangan ku. Dengan terkejut aku juga mendapati rambutku telah berubah  menjadi keriting.

Diantara aku dan teman-teman memiliki masing-masing 1 tahi lalat. Kata salah seorang teman, kita dapat memindahkan tahi lalat ini ketempat yang kita inginkan. Caranya dengan mencubit tahi lalat 'induk' lalu memindahkan  dengan cara menempelkan ke tempat,............
"aku pengen tahi lalat ala Dina Mariana"... artis cilik saat itu, maka aku menempelkan jari ke dagu. "Aku pengennya tahi lalat Titik Sandora" maka aku menempelkan jariku  keatas bibir ,....lalu mirip Elvi Sukaesih atau,......pengen iseng saja menepelkan ketengah-tengah pipi. Dan seterusnya sambil tertawa-tawa menirukan gaya artis pujaan kami masing-masing. Terus ke telapak kaki dengan harapan kelak akan merantau ke kota lain, atau ke telapak tangan dengan harapan kelak akan jadi orang banyak uang atau ke pundak dengan harapan kelak akan membantu orang lain yang susah.
Sekarang nyaris semua tahi lalat tempelan itu berada ditempatnya masing-masing sesuai keinginan waktu itu. Diatas bibir,di dagu dan yang paling ramai ditengah-tengah pipi, sehingga wajahku kebanjiran tahi lalat.
Jawaban sementara dari keanehan ketika masih  anak-anak adalah:
1. Bulu kaki tumbuh karena sering diolesi minyak goreng (berbahan kelapa)
2. Rambut keriting karena sering berlarian dibawa angin
3. Walau jarang mandi, tidak sebutir korengpun hinggap dikulitku
4. Tahi lalat bisa beranak pinak ketempat yang kita inginkan

Semua jawaban diatas, ku yakini benar adanya, tanpa perlu penelitian ilmiah sebagai kenangan masa kanak-kanak

Bwt ikutan giveaway nya mak Winda

10 komentar:

  1. saya dulu pengen banget punya tahi lalat lho..kalau bulu kaki..pengen juga sih tapi secara genetik gak ada gen berbulu kaki banyak...

    Gud luck yaaaaaa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jadi bulu kaki bukan krn minyak kelapa ya..hehehe pastinya gen.

      Hapus
  2. ceritanya lucu banget. :D
    aku juga ada cerita waktu kecil, tapi terlalu banyak kenangan menyedihkan. Jadinya males ikut giveawaynya.

    BalasHapus
  3. oya, kunjungi blogku juga ya...
    di sini alamatnya http://www.kamarcintafitriyah.blogspot.com/

    BalasHapus
  4. Hahaahahahah tai lalat nya banyak banget yaa, kok bisa toh, niar jarang banget ada tai lalatnya, xixixixi :D

    Untung kok dulu gag tau kalau bulu2 kaki panjang dikasih minyak kelapa :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. M Niar,..hehe mungkin berkat keyakinan yg amat kuat...makanya tahi lalat ada dimana-mana,.

      Hapus
  5. hihihihi, baru tau bulu kaki panjang krn minyak kelapa.. :)
    makasih ya udah ikutan #GABlogEmakGaoel... :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mak Winda,..selamat ultah ya,...yg penting happy..

      Hapus
  6. wah ide baru nih buat ngilangin bulu

    BalasHapus