4 Bulan rasanya lama sekali oma tidak dating ke Pekanbaru. Anak-anak sudah rindu sekali. Apalagi dengan inyik lebih lama lagi karena saat ini inyik harus merawat ibunya (nenek buyut f3) di kampong.
Kedatangan oma sudah ditunggu Faiz sejak pagi. Hampir saja Faiz membatalkan sekolahnya hari itu.
Seperti biasa, kedatangan oma selalu diikuti sekardus gede oleh-oleh. Aneka kerupuk, buah-buahan favorit f3 salak dan sawo. Sayur mayor dan pisang. Tentu saja pisang dengan ukuran paling besar. Kali ini yang agak berbeda Oma membawa pisang batu dari kebun rumah nenek yang di Lubuk Basung. Rasanya sudah sangat lama tidak melihat pisang kepok/pisang batu yang gemuk-gemuk dan manis. Konon pisang batu dengan bibit asli seperti ini sudah sulit didapat di Sumatera Barat.
Dari 3 sisir pisang yang dibawa Oma, 1 direbus buat sarapan pagi, wah, jadi orang Brazil deh pagi itu. Pisang yang sungguh lezat dan kenyangnya. cukup lama.
Siangnya 1,5 sisir di kolak lalu dibagi-bagi ke tetangga dan bwt yang masak. Sayangnya si etek gagal masak ketan. Masak beras pulut direbus bukan dikukus atau ditanak. Ini yang aku tdk habis pikir kok ada juga orang kampong yang tdk bisa masak ketan.
Oh ya Oma juga membawa Desy anak tek Ibet yang kebetulan libur sekolah karena kls III UN. Baru saja oma sampai oma langsung bilang kalau hanya 2 hari di pekanbaru. Senin sudah harus balik ke Bukittinggi karena Desy sekolah. Ini agak mengecewakan kami. Biasanya Oma minimal tinggal dulu sebulan atau paling cepat 10 hari….ah…..gara-gara Desy.
Sebenarnya kasian juga Oma tinggal sendiri karena inyik masih di kampong (lb basung). Oma orangnya penakut kalau ditinggal sendiri dan orangnya sangat psikis. Desy dan kakaknyalah yang bergantian menemani. Sayang sekali kami tidak banyak saudara. Kenapa inyik harus merawat inak, karena inyik anak satu-satunya dari inak (panggilan untuk nenek ku). Begitu juga dengan Oma yang anak tunggal dari ayah dan ibunya, tapi masih punya saudara se ayah dan saudara tiri.
Saat seperti inilah kami baru merasakan betapa beruntungnya kalau kita punya banyak saudara, bisa saling menolong dan menemani.
Tiba-tiba Oma kena diare. Awalnya dianggap diare biasa.Minggu siang kami sempatkan berkunjung ke rumah tante Ruzi, karena tante Ruzi habis operasi kista. Oma sudah mulai lemas. Aku menyediakan oralit dan obat diare. Sampai habis 1 papan , diare Oma tak kunjung berhenti. Akhirnya Oma harus dibawa ke dokter, disuntik dan diberi obat diare yang (kata dokter) lebih ampuh. Tapi sampai saat aku menulis ini Oma sudah kehabisan stok baju dan pakaian dalam. Terpaksa mencari diapers dan aku juga harus mencuci dan mengepel malam ini. Mudah-mudahan diare Oma berhenti dan cepat sembuh.
Aku dan Oma mengingat lagi kata-kata Oma yang memastikan akan 2 hari saja di Pekanbaru, Allah maha tahu, waktu aku merengek supaya Oma lebih lama lagi disini Allah mengabulkan. Oma tidak jadi pulang ke Bukittinggi tapi ;ebih lama dan dalam keadaan sakit.
Ya Allah ampunkan kami,…berikan kesempatan ku merawat mama dengan tulus sebagaimana dia merawat hamba waktu kecil dulu. Dan sisakan waktu bagi mama yang akan hamba gunakan untuk berbakti, redha karena Mu ya Rabb
Tidak ada komentar:
Posting Komentar