Dibawah tiang Mesjid

Seperti biasa, jika sudah memasuki pertengahan Ramadhan, barisan shalat tarwih tinggal 2 saja. Itupun sepertiganya diisi oleh anak-anak dan dua pertiganya oleh remaja dan orang tua (aku masuk kategori remaja 20 an tahun yll) . Malam itu ceramah menjelang tarwih diisi oleh ustazah. Entah kenapa aku merasa kurang sreg. Terkantuk-kantuk di tiang mesjid dimana aku bersandar dan meluruskan kaki persis nenek-nenek yang duduk di dekat jendela. Jemaah wanita yang lain juga mengisi dinding dan tiang-tiang mesjid sebagai sandaran. Tinggallah anak-anak mengisi bagian tengah sambil mencatat di buku amaliah Ramadhan.

Perhatian ku tertuju pada anak kecil usia 2 tahunan memakai mukena bunga-bunga. Dari pada terus menerus menguap aku lebih asyik memperhatikan tingkah laku bocah itu. Tiap sebentar mukenanya diangkat menutupi muka lalu berjalan sempoyongan. Ada anak perempuan usia belasan tahun menyambut, kulihat muka mereka mirip. Pasti mereka adik kakak. Tidak lama bocah lucu itu minta pipis, maka digendong oleh kakak yang lain yang mukanya juga mirip usianya sepantaran anak kuliahan. Setelah itu mereka masuk lagi dan si adik telah melepas mukenanya. Gerakannya makin lincah saja. Sebentar menungging dan mengangkat satu kakinya kemudian kedua kaki. Hop ! mukanya mendarat di karpet mesjid. Seolah tidak peduli, gerakan tersebut diulang berkali-kali. Sadar kalau aku terus memperhatikannya sambil tersenyum, aksinya makin bertambah. Kemudian seorang kakak yang lain lagi sekitar 10 tahun, menegur si adik. Tapi si adik malah kabur ke balik tiang. Dan memulai lagi aksinya jumpalitan. Lalu kakak yang lain lagi mulai marah dan menarik lengan adiknya dengan keras. Total sudah 4 kakak ditambah si adik berada di mesjid. Wajah mereka berlima nyaris sama, dengan jarak usia yang cukup jauh.

Mungkin karena kesal karena si adik tidak mau diam, mereka meninggalkan mesjid sebelum tarawih dimulai. Lalu kemana ibunya? trus,  jadi pikiranku rentang 20 tahun itu apa ibunya melahirkan terus ya?.....wah...wah....supermom apalagi pengasuhan anak-anaknya bisa di gantikan oleh anak yang lebih besar. Ahh pikiran ku kok jatuh pada kenapa begini kenapa begitu dari pada memperhatikan tausiah malam itu.

Dari bawah tiang mesjid, satu persatu jamaah mengangguk-angguk (setuju) atau sedang dilanda kantuk berat. Aku senyum geli, mubalighah terus memompa semangat mengingatkan jamaah untuk.....(waduh ......isi pengajiannya apa ya?). Jamaah  berjuang keras melawan kantuk. Dan aku berhasil melawannya dengan mengalihkan perhatian pada bocah kecil yang lucu tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar