Kucing Ku


Kami dikejutkan suara meong yang ramai dari kamar kosong. Seperti yang sudah diduga, kucing yang suka numpang nginap dirumah melahirkan 4 ekor anaknya yang berbulu kuning. Malam itu laci celana dan bekas popk Faiz agak terbuka, disanalah si kucing melahirkan. Cukup mewah untuk kucing yang statusnya kuma ”kucing angkat”. Induk kucing masih kelihatan kelelahan. Kasihan juga untuk menggusur mereka. Kami segera berembug mau memindahkan kemana. Papi langsung menyuruh Fikri menyipakan kardus dibelakang pintu ke arah kebun tetangga sebelah. Tapi Fira tidak setuju nanti anak kucing bisa dimakan biawak. Belum sempat membuat keputusan, Faiz sudah keburu bangun. Dia menandak-nandak girang,...Kucing ku...kucing ku.....

Hari itu kucing tersebut dibiarkan tidur dalam laci. Faiz menyelimuti anak-anak kucing dengan selimur bayinya. Induknya pun kebagian jatah roti isi telur, yang sayangnya hanya di endus saja.Induk kucing lebih memilih mengaduk tempat sampah mengumpulkan sisa kepala ikan atau tulang-tulang. Sebelum berangkat sekolah Faiz bolak-balik menyapa ke 4 ekor anak kucing itu.

Siangnya Faiz mengangkat laci tersebut ketika induk kucing sedang cari makan keluar. Laci dibawa kejendela untuk memamerkan anak kucing baru pada Eva dan Naufal. Dari balik jendela kedua sepupu Faiz menatap kagum. Lalu masing-Maing menceritakan pangalaman mereka mengurus anak kucing , kebanyakan cerita masih berupa ilusi, antara akan dan kenyataan. Eva mencoba memegang salah satu anak kucing. Faiz jadi marah lalu menyimpan ke 4 anak kucing tsb dalam laci tempat tidur . Satu persatu bayi kucing itu berpindah kelaci tempat tidur berisi buku-buku baru . Ini yang mencurigakan Fira kenapa buku-buku baru berada diluar laci. Setelah laci dibuka membuat Fira menjerit ngeri kerena ada makhluk berbulu kuning bertumpuk-tumpuk didalamnya. Fira memang agak phobi dengan kucing.

Kembali bayi kucing berpindah ketempat semula. Esok paginya Faiz menyatakan tidak akan ke sekolah, karena akan memandikan kucing dengan shampo dee dee. Kucing-kucing ini bau kata Faiz, masih suka ngompol. Memang kamar kosong yang sering dipakai buat nyetrika dan menumpuk makalah, bahan jurnal dll ini agak bau sejak kelahiran kucing. Aku juga sering jijik kalau masuk apalagi ada kain-kain bekas si kucing melahirkan.Membayangkan Faiz akan mencelupkan bayi kucing satu persatu ke ember membuatku merinding sekaligus penasaran apa yang akan terjadi. Tapi niat Faiz urung setelah dinasihati bahwa cara kucing mandi berbeda dengan manusia. Kucing dimandikan induknya dengan menjilati saja. Kalau manusia harus pakai air dan sabun.

Masalah tidak selesai begitu saja. Sekarang siapa yang mau mengangkat kain-kain yang sudah bau ini ke belakang.? Fira jelas tidak mau, sama kucing saja takut, Fikri tidak begitu terkesan dengan kehadiran bayi kucing. Aku? Oh No!....jijay.....Faiz....ya.... dengan senang hati memunguti kain-kain itu dan memasukkannya ke mesin cuci!!!! Dan anak kucingnya??? Laci itu ditelungkupkan Faiz membuat bayi-bayi kucing terkurung dan induknya meraung-raung mengais laci. Akibatnya Faiz kena marah papi, diancam mau dikurung juga dikamar mandi. Kasian juga sebenarnya maksud Faiz bauk supaya bayi kucing tidak kedinginan,...tapi caranya yang tidak tepat.
Waktu aku memeluk Faiz yang menangis terisak-isak aku contohkan juga mama kucing akan sedih kalau terpisah dengan anaknya. Begitu juga bayi kucing tidak bisa dipeluk mamanya seperti Faiz dipeluk mami.. Sejak itu induk kucing langsung memindahkan anak-anaknya kekolong tempat tidur, mudah-mudahan secepatnya dipindahkan lagi keluar rumah, supaya nasip ke 4 anak kucing itu tidak berakhir tragis ditangan Faiz

Tidak ada komentar:

Posting Komentar