Kerjasama di RT

Sewaktu blogwalking ke rumah emak gaoel, eh si emak ada survey kerjasama rumah tangga. Wah pas sekali dengan keadaan diriku yang lagi ditinggal cuti ART.


Berusaha untuk menenangkan diri karena tanpa ART, urusan RT menjadi tanggung jawabku sepenuhnya. Oopss bukan sih, sebagian. Sesuai denganpelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial SD kelas 2, yang menjadi Kepala Rumah Tangga adalah Ibu, maka semua pekerjaan rumah harus didata ulang dan langsung dibagikan ke Fiki, Fira, Faiz dan Hubby.

1. Mencuci piring dan menyapu rumah : Tugas Fira pulang sekolah dan malam

2. Mencuci pakaian dan menjemur : Tugas Fiki sore dan pagi (menjemur)

3. Menyiram bunga : Faiz

4. Memasak dan beresin sisa pekerjaan F123 yang tidak rapi : Emaknya

5. Membersihkan /memanaskan mobil dan motor : tetap bapak (ada atau tidak ada ART)

6. Menyetrika pakaian : Semua bergantian kecuali Faiz dan bapak e

Tapi itu tidak mutlak, tergantung kondisi. Tugas cuci piring dan beresin rumah yang tadinya di tugaskan ke Fira, terkendala karena pulang sekolah harus kerja kelompok atau les. Maka emak lagi yang jadi pengganti. Begitu juga dengan Fiki yang sedang persiapan Ujian Nasional, gak sempat nyuci (walaupun Cuma diputar-putar oleh mesin cuci) lagi-lagi si emak yang gantiin. Blum lagi scarf, jilbab, pashmina, baju berpayet, gak mungkin di aduk-aduk di mesin cuci. Yaah si emak lagi yang kebagian tugas.

Suatu malam, dengan hati sangat mendongkol, disaat Fiki lagi berkutat dengan matematikanya, Fira sibuk dengan tugas wara wiri , bapak e lagi asyik nonton take me out (alamaaak)… aku masih di dapur menggoreng ikan , menggiling cabe, dan berlanjut mencuci peralatan dapur. Saat mencuci itulah dongkol ku yang hamper ke ubun-ubun. Aku melihat 4 pasang kaus kaki+ kain lap kotak-kotak warna merah buat ngelap meja dapur yang telah dicuci 2 hari sebelumnya masih berendam di ember,..bayangkan! , Yang berani mendekat kedapur Cuma Faiz, jadilah Faiz ‘korban’ kemarahan ku dan disuruh menjemur kesemua kaus kaki dan lap tersebut.

“dipilih…dipilih….dilpilih…tiga ribu..tiga ribu..” suara Faiz menirukan pedagang dari arah tempat jemuran.

Sontak marah ku hilang dan aku jadi tertawa dengan tingkahnya. Begitulah pikiran anak-anak yang tanpa beban. Hal apapun dibuat senang dengan permainan. So,…kenapa kita orang dewasa membuat pekerjaan biasa menjadi sulit?... Coba sekali- sekali berpikir seperti anak kecil yang melakukan tugasnya dengan ‘bermain’. Betapa menyenangkan…Tak terasa pekerjaan dapur selesai, tidak ada korban “omelan” malam itu.

Survey/ wawancara dengan teman-teman di kantor yang tidak menggunakan ART:

RV

Abi : Mandiin dan nyuapin anak dan nyuci baju, sebelum brkt kerja, karena wirausaha jadwal fleksibel

Umi : Masak, setrika, beres rumah sebelum dan sepulang kerja

Inyik : antar jemput anak

DS

Papa : Menyiapkan segala kebutuhan anak (baju, mandi,makan) Sekalian antar jemput anak sekolah

Mama: Memasak , nyuci sterika dan bersih rumah,..berhubung bekerja sebagai perawat, jadwal berubah-ubah sesuai shift

RC

Ayah : Nyuci gosok , Antar jemput anak dan menyiapkan keperluan sekolah serta memandikan anak 2 yg belum sekolah

Ibuk : Full Time Mother, senangnyaa

LM : Berbeda dari yang lain, katanya pekerjaan rumah tangga apapun tetap harus dikerjakan istri, jangan memberi tugas seperti mencuci, mengasuh anak kepada suami, karena bisa mengakibatkan suami ‘mati rasa’. ???....Maksudna aya teh Lilis…

Mn : Istri bekerja di luar, suami urusan Rumah Tangga karena sudah pension,…untuk makan catering saja, nyuci di loundry,..itu aja kok repot…..

Ey : Suami bebas tugas Rumah Tangga karena dinas di luar kota. Istri full karir dan bebas urusan rumah tangga juga. Kebetulan engga punya anak. Sabtu minggu ngungsi ke rumah orang tua atau main dengan para keponakan.

Berbeda-beda, tetapi sudah punya zona nyamannya masing-masing . Namun ada juga yang bisik-bisik sambil air mata menggenang, ternyata pembagian tugas dan nafkah lahir batin belum seimbang. ..waduhh ....yang ini dianggap eror aja, entar di portingan yang laen ceritanya.







2 komentar: