Pendulum dan Kegagalan


Sewaktu mengkikuti pelatihan Hypno Tezaching ,  aku  melatih mensugesti diri dan menghipnotis orang. Karena kemampuan hipnotis ini akan dipergunakan dikelas terutama bagi anak-anak yang mengalami learning disabilities.
Hypnotis dikelas sebenarnya berbeda dengan hipnotisnya ala Uya Kuya. Kalau dikelas hanya membuat siswa mengalihkan perhatiannya pada kita dari perhatiannya yang awalnya pada hal-hal lain.
Namun, dalam kelas hypnoteaching ini, kami mendapat pengetahuan dan praktek menghipnotis serta mensugesti diri sendiri.
Awalnya kami bermain-main dengan pensil. Dalam permainan ini kita harus meyakinkan diri untuk bisa mematahkan pensil menggunakan jari kelingking. Ada kata kunci yang harus kita hindari. Yaitu “aduh”, “sakit” atau “ahh” atau kata-kata yang bersifat keluhan. Tanamkan dalam hati “saya bisa”.
Begitu jadi kelingking mengenai pensil kayu tersebut
“addduuuhhh” kata tabu telah ku ucapkan. Hingga jari tangan membiru pun pensil itu tak kunjung patah. Berbeda dari teman lainnya, mereka sukses mematahkan pensil dengan jari kelingking. Itu kegagalan ku yang pertama
Berikutnya ketika mengatur pendulum agar bergerak sendiri sesuai arah yang kita inginkan, berhasil. Karena didalam hati aku tekadkan harus bisa. Tapi itu sebenarnya karena aku memang menggerakkan benangnya hehe...
Selanjutnya ketika kami  mulai focus memandang dan mendengar sugesti berulang-ulang dari instruktur, tangan dan kepala sudah mulai berat. Perasaan sudah mulai mengantuk. Maka aku ikuti saja irama music tersebut. Hingga instruktur membacakan kisah sedih tentang orang tua kita, aku bahkan mengingat masa kecil bersama orang tua yang indah. Kenyataan memang begitu. Tidak ada suatu hari pun yang memilukan. Semua hari berlimpah kasih sayang dan kebahagiaan. Mungkin ada juga hari-hari yang waktu itu membuatku kecewa dan menangis, tetapi kenangan sedih tersebut tersapu dengan upaya dalam hatiku bahwa kami adalah keluarga bahagia dan berkecukupan. Artinya apapun yang kami dapat selalu disyukuri bahwa kami selalu cukup. Begitulah orang tua kami mendidik.
Lambat laun terdengar isak tangis dari mana-mana,….akhirnya tinggallah aku yang masih segar bugar. Kegagalan kedua
Acara masih berlanjut dengan game dan Tanya jawab. Diakhir sesi pertemuan, beberapa kami diminta jadi voluntir kedepan untuk dihipnotis. Tak satupun dari kami yang bersedia. Takut rahasia terbongkar.
Maka panitia pun merelakan dirinya untuk dijadikan objek. Sekali tepuk maka terkulailah sang model. Berbagai atraksi telah dipamerkan.
Terakhir kami akan belajar menghipnotis diri. Caranya,  kami memandangi jari kami yang terulur kedepan, kemudian mendengarkan suara instruktur yang makin lama makin pelan, jari mulai terasa berat, lalu pandangan mulai buram, duh mengantuk sekali,..tapi tiba – tiba aku tersentak karena instruktur yang ada didepan membelah diri menjadi 2 orang lalu 4 orang,…maka buyarlah semuanya…Instruktur jelas-jelas satu orang. Aku melihat berkeliling, peserta sudah banyak yang terkulai. Dan aku ikut- ikutan merem dalam hati membatin,…kegagalan ketiga..” yang gagal aku atau instrukturnya,..walahualam   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar