Undangan ke Baitullah (1)


Labbaik  Allahumma Labbaik .....

Tiap tahun kita mendengar seruan itu. Perasaan selalu haru biru ketika ikut melafazkan panggilan tersebut... Ya kami datang ya Allah..kami datang

Tapi kapankah kami datang atas undangan Mu ya Allah ya Rahim.

 
Rasanya kalu dihitung-hitung secara matematika, penghasilan ku dan suami tidak akan pernah cukup untuk menunaikan rukun islam yang ke lima ini. Karena setiap ada kelebihan sedikit kami belikan properti, entah tanah atau alasan anak masih sekolah dan perlu tabungan untuk sekolah mereka. Paling mencoba untuk menabung dengan membeli emas. Setelah dihitung-hitung pun belum akan cukup untuk berhaji atau umrah berdua.

Ketika  diberi oleh Allah kelebihan rezki, masih saja yang dibeli hal-hal penunjang kesenangan dunia. Kalau tadinya cukup 1 penginnya nambah, Udah 2 pengen yang statusnya naik, gengsinya double dan sebagainya

Suatu hari aku dipanggil  kepala sdm yang akan pensiun. Bapak itu berpamitan dan memanggil ku secara khusus untuk menasihati bahwa sudah saatnya aku dan suami melaksanakan haji/umrah. Karena menurut beliau sebenarnya kami sudah mampu untuk mendaftar. Ketika saya membantah kalau anak-anak masih sekolah dan butuh biaya kuliah, beliau marah. Saya juga berdalih harus punya simpanan ketika anak harus menikah dst. Lalu beliau menyarankan saya untuk rutin shalat dhuha dan tahajut agar diberi rezki dan kemudahan oleh Allah Subhanahuwa taála . Inshaa Allah akan dimudahkan

Semua saran beliau sebenarnya sudah aku laksanakan. Mungkin saat itu Allah memang belum berkenan mengundang kami. Sudah beberapa jalan tebuka didepan mata, selalu ada penghalang. Alasan yang paling klise saat itu kami masih punya hutang!! Karena dari berbagai literatur  mengatakan untuk berangkat haji/umrah kita harus bebas hutang,

Memang pintu rezki itu datang dari mana saja. Tapi ketika aku sudah mantap ingin mendaftar, suami masih punya alasan-alasan. Diantaranya yang merasa masih banyak dosa lah, anak-anak masih sekolah, atau pertanyaannya “apakah kita sudah mampu?. Menyamakan visi ini yang paling sulit. Debat panjang masih saja berlangsung sampai pada suatu ketika, saat kami membesuk ayah teman lama kami sakit, disitu mungkin Allah menitipkan undangan. Teman kami bercerita mengenai umrah mereka sekeluarga. Suka duka, dan apa saja yang dipersiapkan sebelum berangkat. Sekaligus disetiap cerita nya terselip ajakan “ayo dong berangkat umrah saja dulu”. Termasuk ayah teman yang sedang sakit itu yang umurnya sudah 89 tahun, sambil tersengal-sengal menyuruh kami segera ber umrah.

Pulang dari rumah sakit, sepanjang perjalanan kami diskusi dan lebih tepatnya berdebat. Aku sedikit memaksa. Ya,, akhirnya suami mulai luluh. Maka mulailah aku berburu tavel biro. Mulai umrah paket sederhana sampai haji plus. Beberapa brosur sudah aku dapatkan. Sudah mulus jalan mendaftar? BELUM.  Kami berdebat lagi masalah waktu yang sama –sama cocok dengan pekerjaan masing-masing. Keadaan stug...tidak ada kemajuan. Walau secara ibadah kami sudah mulai berlomba meningkatkannya tapi buku panduan umrah tidak disentuh oleh suamiku. Lalu tiba-tiba si teman menelpon akan main ke rumah karena dia akan berpamitan kembali ke Lombok. Padahal biasanya kalau balik cuma lewat telepon. Seperti ini:

“Mul aden baliak lai...maaf lahir batin yo...salam ka si wid jo anak-anak”...........cusss berngkat

Kali ini sebelum berangkat, dia akan ke rumah... aku yakin kedatangannya ke rumah kami membawa pesan alias undangan ke 2. Aku  segera pulang karena saat itu masih di kantor. Sayangnya sampai di rumah, si teman sudah pulang. Aku tidak menanyakan apa yang mereka bincangkan dan langsung saja bertanya “kapan kita membayar uang muka umrah “. Suami menjawab dengan muka berseri-seri “Besok sore”... tralalala,,,besok sore masih 30 jam lagi,  aku tidak sabar.
 
(bersambung)

2 komentar:

  1. siapa coba yang tak ingin ke baitullah
    semua orang pasti menginginkan nya
    tapi tak gampang untuk sampai kesana .




    ---
    Supplier Tas Terbesar

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tadinya saya merasa sesuatu yang sulit, tapi ketika niat ada kesempatan dan rezeki terbentang dari pintu yang tak terduga...In Sha Allah

      Hapus