Sepotong Kisah si Gadis Pingitan

24 tahun silam, gadis kecil ini menghilang. Tidak seorang pun tau keberadaannya. Selama itu pula isu yang beredar kalau anak perempuan dari guguk randah ini tidak menyelesaikan SMA Karena keburu dinikahkan orang tuanya.Kami berasumsi bahwa teman kami yang pintar ini hidup dibawah kungkungan tradisi yang sangat kuat. Menikah dengan calon yang telah dipilihkan orang tuanya. Tidak pernah menikmati masa remaja yang riang gembira. Dan yang paling tidak bisa kami terima adalah teman kami ini harus berhenti sekolah.

Perjalanan hidup kemudian terus bergulir. Selama 10 tahun kami melanjutkan sekolah ,menikah dan membangun keluarga.Satu sama lain masih saling mengenang. Tapi kami tidak pernah tahu keberadaan sobat lama yang kami anggap menderita seperti Siti Nurbaya.. Dalam bayangan kami dia hidup terkurung dalam sangkar emas meratapi nasipnya sambil terus menerus melahirkan anak.

Tak dinyana tiba-tiba teman yang hampir terlupakan muncul di millist SMP. Kenangan lama terkuak..Memori yang sudah mulai samar-samar muncul bagai bingkai foto yang terpotong-potong. Kejadian satu terkenang tanpa sambungan. Lalu diingatkan lagi oleh teman lain menjadi 2 potong puzzle. Lalu teman lain melanjutkan potongan puzzle ke3, 4 ,5 dst..akhirnya jadilah sebuah gambar dalam bingkai kenangan indah.

Ada seorang gadis kecil berseragam putih biru, sakit perut hebat disekolah. Kelas kami gempar, mungkin teman kami haid yang memang selalu datang dengan rasa sakit. Tapi kenapa mukanya pucat pasi. Guru –guru juga terlihat panik. Maka kami berinisiatif membawa gadis kecil ini ke Rumah Sakit dengan bantuan sopir teman kelas kami yang lain. Kerisauan kami terjawab sudah , rupanya sang teman menderita usus buntu dan harus segera dioperasi.. Disini puzle agak samar-samar...... Seminggu kemudian teman kami ini sudah boleh pulang dari rumah sakit, lalu kami besuk. Hal kecil juga terencana, dalam kedatangan kami ini ada sebuah misi ”mulia” menyelundupkan ”sang pacar” kerumah si gadis...Tapi lagi lagi puzzle disini samar-samar apakah misi kami berhasil atau gagal. Yang paling terang adalah kedatangan kami dijamu hidangan lezat dimeja makan. Benar-benar lezat.Hal pertama yang ku ingat ketika kembali berhubungan di millist SMP adalah soal makan di Guguk Randah ini. Udara sejuk, rumah yang nyaman, perjalanan yang menyenangkan melawati lembah dan sawah sawah. Asam pedas daging adalah lauk yang paling ku ingat, bersama kerupuk udang seukuran piring. Aku sangat takjub dengan kebiasaan orang Guguk Randah/Tinggi, yang konon selalu menyediakan menu komplit untuk makan sehari-hari.Ada ayam/bebek, ada daging, ikan juga dengan berbagai olahan. Baik gulai atau goreng. Bagiku makanan seperti itu hanya ada diwaktu lebaran saja. Makanya hal itu masih teringat sampai sekarang.

Seperti kata kunci atau sandi, jika temanku ini mengenalkan namanya dimillist, hampir semua teman mengaitkan nama dia dengan nama pemuda ingusan ketua kelas kami. Itulah kata kuncinya teman bernama MUL yang mana yang dimaksud.Cerita singkat dan melankolis yang pernah ada dikelas 3B. Bagai cinta Samsul Bahri pada Siti Nurbaya yang berakhir tanpa sempat memperjuangkannya.

Malam minggu ini teman lama ku ini telah berada di Pekanbaru. Ternyata selama 18 th terakhir dia bersama keluarganya berdomisili di Tembilahan. 7 jam perjalanan darat. Dari Pekanbaru. Kami bertemu lagi setelah 24 tahun tidak pernah kontak. Apakah si Siti ini menjadi seorang ibu lelah karena capai mengurus anak sepanjang hidupnya. Atau seorang nyonya gemuk dengan segulungan lemak dipinggangnya.Ku lihat fotonya ketika teman 2 di Bandung dan Jakarta reuni pertama kalinya..tidak ada si gendut, tidak ada nenek sihir, apalagi muka menderita lahir batin. Hari ini kami berpelukan penuh tawa riang, didepanku ada ibu muda yang bahagia dan modis.Tawa renyah, cerita hangat lancar mengalir dari bibirnya. Aku yang selama ini menduga gadis kecil yang dipaksa nikah dan berhenti sekolah akan menua sebelum waktunya ternyata hal yang paling konyol.Ternyata temanku ini melewati masa sekolahnya menengahnya di Diniah Putri, sebuah pesantren. Dia tidak menyia-nyiakan kecerdasannya, menimba ilmu agama yang jauuuh lebih berarti ketimbang kami yang belajar duniawi saja selama bertahun-tahun. Tentunya ayahnya sangat bangga bercerita kepada Allah bahwa sebagai ayah dia telah menjalankan amanah sebaik dan semampu yang dia berikan. Mempunyai anak gadis yang patuh dan shalihah.Memberikan bekal yang baik untuknya di hari kemudian.

Hari ini aku belajar banyak tentang hal baru, tentang kehidupan, tentang menjadi tua dengan sewajarnya............. rasanya aku ciut dan kelihatan jauh lebih tua Saat aku teliti matanya,. terpancar hangat penuh kasih sayang, lebih banyak gurat lelah dimataku ketimbang temanku ini You are lucky woman....punya keluarga yang juga penuh kasih sayang,..modalnya hanya kesederhanaan hati dan kepatuhan...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar