Flash Fiction: Bukan Teman Deddy Ku


Di halaman depan gedung utama sekolah Nuansa, disediakan tempat anak-anak menunggui jemputan mereka.Areal itu sering digunakan para ibu wali murid untuk berkumpul sembari menunggui anak-anak mereka pulang sekolah. Kegiatan para ibu ini beragam. Ada yang membuka lapak di bagasi mobilnya. Dagangan biasanya berkaitan dengan fashion. Yang hobi memasak, menyusun  container plastic warna warni berisi cup cake dan brownies. Ada juga yang menggunakan untuk tempat diskusi atau rapat kecil-kecilan. Sekolah itu terdiri dari beberapa satuan pendidikan. Mulai dari SLB,TK,SD,SMP dan SMA. Seorang ibu cantik berkulit putih, terlihat mengejar-ngejar anaknya yang masih berseragam TK

“Ayo Givan, mommy mau kekelas abang dulu, Givan ikut dengan  mommy ya” ajak ibu cantik mommynya Givan
“ No mommy, Givan main dengan Nugi saja” teriak Givan dari balik pohon tempatnya bermain dengan Nugi.

“Okay , jangan nakal ya, take care..” lambaian tangan mommy  Givan yang kemudian bergabung dengan bunda Nugi dan mama Keisya.

Givan dan Nugi meneruskan permainan mereka, mengorek-ngorek akar pohon beringin tua yang dahannya selalu dipotong, sehingga pohon itu tidak terlalu rimbun dan tinggi. Anak-anak SD sering menggunakan akar-akar gantungnya untuk berayun-ayun.Hal ini diluar pengetahuan Pak Kebun, karena beliau  sering melarang bergantungan disana.

“Van, aku menemukan raja semut, nih badannya besar.” Kata Nugi mengangkat semut merah dengan ranting kering. Semut berlarian kearah tangan Nugi.

“Gi lepaskan tongkatnya, kita diserang tentara semut” perintah Givan. Nugi langsung mengguncang tongkatnya, maka beberapa semut jatuh ke tanah. Tapi sang raja semut masih bertengger di tongkat .

“Berikan senjata laser pemusnah Van,…Aku terdesak nih hampir kalah”, teriak Nugi. Givan cepat tanggap mengeluarkan laser pemusnah dari kotak pensilnya.

“Cisssss…cissss” Kedua bocah itu mendesis desis mengguncang tongkat  laser dan mengarahkan ke lubang semut.

Nugi dan GIvan terus menyodok dan berlarian ke sekeliling pohon.  Mereka tertawa-tawa senang berhasil menumpas gerombolan semut dan menyandera raja semut.

Nugi menyorongkan tongkat ke kotak kuenya,..hopla.. raja semut melompat dan terjebak didalam kurungan kotak kue.“Hahaha, lihat aku menangkap raja semut “ sorak Nugi bangga

“Heyy lihat….lihat sini, raja semut memakai perisai merah hijau,..antenanya berkedip-kedip minta bantuan..SOS…SOS…SOS” . Celoteh Nugi menarik minat beberapa anak SD yang sudah pulang sekolah.Ada bang Rafi, bang Irsyad,Adit dan abangnya Todi, serta Keisya teman sekelas Nugi dan Givan di TK.Mereka berkerumun mengintip ke kotak kue Nugi.

Tiba-tiba Givan mendorong Nugi menjauh, lalu menggandeng tangan Adit. Givan dan Adit berlari kearah ayunan. Nugi mengejar sambil membawa sandranya si raja semut. Givan jadi  marah dan mengusir Nugi, karena Nugi membuntuti mereka

 “Kamu ngga boleh main sama aku dan Adit” sentak Givan

“Kenapa gak boleh?” tanya Nugi berlinang air mata

“Karena papa kamu bukan Chevron, papa kamu bukan teman deddy ku” Givan menjelaskan sambil berkacak pinggang.

 Siswa sekolah Nuansa sebagian besar anak pegawai Chevron,sebuah  perusahaan minyak milik Amerika. Hanya sebagian kecil siswanya yang orang tuanya bekerja sebagai pegawai negeri, pegawai swasta, BUMN dan pengusaha. Tetapi sekolah tersebut bukan milik perusahaan, sehingga siapapun warga Indonesia berhak bersekolah disana.

 “ Bundaaaaa,…..Givan gak mau main lagi bundaaaa”

Bunda , mommynya Givan dan mama Adit yang sudah berada didekat pohon beringin istana semut  serentak bertanya.”kenapaa ?”

“ kata Givan…. ayah Ugi tidak Chevron ….ayah tidak teman deddynya Givan… huwaaaaaa”..tangis Nugi pecah

Karuan Bunda mesem, mommy Givan dan mama Adit salah tingkah.

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar