Merajut Cerita

  Cerita seputar organisasi , sepertinya aku belum pernah cerita ya...Ok baiklah
Sudah 3 bulan ini kami tidak melakukan meeting bersama antar bagian. Rindu juga, padahal dulu kalau diajak briefing, sewot. Yang gak bermutu lah yg bosan lah, yang tidak menghasilkan keputusan lah sampai ada kliping sebuah koran yang menyebutkan bahwa seirng rapat menyebabkan IQ jongkok. Ah teman-teman ada-ada saja. Pagi ini semua antusias ingin diadakan pertemuan membahas masalah contentnya organisasi maupun urusan rumah tangga unit kami.

3 orang petinggi kami sedang melakukan rekonsiliasi dengan Asuransi Jiwa ke Jakarta. Biasanya pulang dari sana akan ada kabar baik mengenai benefit dan manfaat yang akan kami terima pada masa akhir masa jabatan. Sile...sileee bapak dan ibu , berikan yang terbaik untuk anggota organisasi kita. 1 orang pejabat sedang dirawat di RS.MMC Jakarta, mudah-mudahan operasi beliau dapat berjalan dengan baik dan dapat berkumpul lagi dengan kami setelah masa perawatan. Doa yang kami panjatkan semoga diijabah oleh Allah yang maha penyayang.
1 orang teman kami yakni supir, akan mendengarkan sidang keputusan , peristiwa tabrakan sewaktu persiapan PON. Waktu itu tgl 30 September 2012, tim kami akan latihan di stadion utama Universitas Riau. Dengan dipandu foreijdernya pak Polisi, iring-iringan kami menembus jalan raya. Idealnya rombongan yang dikawal polisi tentu mendapat perhatian dari pengguna jalan dan pos-pos polisi yang ada di persimpangan. Pagi itu kabarnya......pos polisi yang ada di depan Mall SKA kosong karena pak pol lagi sarapan pagi. Maka raungan sirene foreijder tidak begitu dihiraukan pengguna jalan dipersimpangan itu. Sial seorang pengendara motor melesat menerobos lampu merah (kata saksi sudah hijau) dan salah satu iringan mobil  yang berisi peralatan marching band kami pun sedang berada di perempatan itu karena lampu juga masih hijau. MAka tabrakan tidak dapat terelakkan lagi. Korban segera dievakuasi dan dioperasi di RS Eka Hospital yang berada tidak jauh dari TKP.
Malang, pengendara sepeda motor itu tewas setelah mendapatkan perawatan dan tindak operasi. Keluarga korban terus menuntut pertanggungan dari pihak organisasi kami. Akhirnya biaya RS dignity sepenuhnya oleh pihak kami Rp 83 juta ditambah uang santunan duka dan sangu hati kepada keluarga korban. Yang seharusnya adalah istri korban. Entah bagaimana urusan keluarga korban, setelah semua pihak sepakat damai, uang santunan diterima oleh ibu ybs, sedangkan istri alm sudah pulang kampung ke daerah pelosok di Jawa Barat. Berkas damai seharusnya ditandatangani oleh istri korban selaku ahli waris belum kami dapatkan. Sementara si supir tadi masih ditahan di kantor polisi. Alasannya belum ada surat damai dari ahli waris. Maka  berangkatlah utusan mencari ahli waris kekampung halamannya dan lagi-lagi organisasi kami harus mengeluarkan uang sangu hati untuk ahli waris. Bagaimana mungkin keluarga almarhum mengeruk keuntungan pula dibalik tragedi ini. Dengan membiarkan istri korban dan anak balitanya pulang kampung tanpa mendapat bagian. (ini menurut pengakuan istri korban). Surat sudah dikantongi, supir sudah bisa melenggang keluar. Sebulan kemudian kaki digemparkan lagi oleh polisi dan jaksa yang memberi tahu bahwa berkas perkara berlanjut ke pengadilan. Hukuman sekian tahun. Jika ingin damai maka harus membayar 25 jt kepada jaksa. Pertemuan di Warung Kopi Kimteng. ...... Kami langsung urunan demi membela teman kami untuk mendapat keringanan karena tidak ada yang bersalah ataupun yang benar pada kasus ini. Apalagi keluarga sudah memaafkan dan mengikhlaskan kejadian ini.. Tetapi ada indikasi pemerasan dari oknum. Maka tidak ada ba..bi...bu lagi ,..organisasi kami mengutus bagian legal untuk mendatangkan pengacara. Begitulah hukum tetap harus ditegakkan dengan jalur yang sebenarnya. Minggu lalu pengacara sudah membacakan pledoi,...mudah-mudahan bukti-bukti meringankan teman kami ini. Sementara dari pihak penyelenggara acara Panitia Besar PON, tak mau tahu/tidak tahu sama sekali atau memang tidak penting mengetahui . Tidak ada tanggapan sama sekalai, padahal berita ini cukup lama berada di surat kabar lokal.

Sebenarnya kalau mau dilihat lagi, dalam berkendaraan lingkungan kami menerapkan rambu lalu lintas dengan patuh. Untuk anak-anak sekolah, tidak akan diijinkan masuk jika belum memiliki SIM dan vehicle Pass. Jika hanya menunjukkan SIM belum cukup, karena umur pada SIM bisa dipalsukan . Sedangkan persyaratan Pass, harus berdasarkan umur pada data sekolah. Contoh kelas 11 pada umumnya siswa masih berumur 16 tahun. Baru saat mereka kelas 12 lah bisa mendapatkan vehicle pass. Dalam menjalankan rambu lalulintas juga demikian. Semua rambu harus dipatuhi. Misal jika berada di jalan utama kecepatan maximal 40 km/jam. Jika pada arela perumahan kecepatan maximal 30 km/jam. Jika berada di perempatan, harus memperhatikan tanda "STOP" artinya ban kendaraan benar-benar berhenti walaupun sesaat. Jika hendak menikung juga demikian harus berhenti sesaat. Dan banyak lagi hal-hal yang wajib dipatuhi ketika berkendaraan, termasuk helm, boncengan 2 orang, meskipun bawa bayi sekalipun. Memasang sabuk pengaman walaupun kecepatan cuma 30 km/jam. Makanya bagi siswa yang belum boleh membawa kendaraan sendiri disediakan Bus sekolah ataupun mobil sewaan. Kalau ortu tidak sibuk, bisa mengantar jemput. Tapi lebih baik lagi jika anak-anak sekolah ini menggunakan sepeda. Nah ini sudah diterapkan di SD, SMP dan SMA. Ada beberapa trup yang 'nggowes ' ke sekolah. Cuma kasian pada saat mereka pulang sekolah sore jadi kepanasan. Apalagi matahari cukup menyengat yang sesekali diselingi hujan. Semoga dapat dipertahankan untuk menjaga lingkungan sehat.



Dalam aktifitas pembelajaran, kami melaksanakan kurikulum nasional dengan bahasa pengantar bahasa Indonesia. Namun begitu untuk bahasa asing, kami memiliki siswa yang memiliki TOEFL diatas rata-rata. Beberapa kelas sudah menggunakan bilingual sesuai dengan RSBI. Walaupun RSBI tidak diperbolehkan lagi, sebagai sekolah swasta, kami tetap menjalankan kurikulum Plus. Prestasi akademis dan non akademis?...........jelaaaas yang terdepan...Tetapi sekolah kami mempunyai karakter mendidik untuk mencerdaskan,  kompetisi hanya bagian kecil dari pendidikan karakter. ( rajutan cerita jadi kusut karena salah benang)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar