Idul Adha tiba. Seperti kebiasaan tiap tahun, untuk santapan sehabis shalat, kami akan makan lontong sayur. Biasanya aku akan membuat gulai dengan sayur nangka muda. Tapi sudah beberapa tahun belakang ini sayurnya menggunakan buncis, wortel kadang ditambah labu siam. Hal ini disebabkan buncis dan wortel ya benar- benar sayuran. Sedangkan nangka muda lebih banyak gasnya maka kurang baik buat kesehatan lambung. Sebagai proteinnya aku akan menambahkan telur puyuh. Gulai dengan bumbu dasar bawang merah putih, kunyit,serai, lengkuas, jahe dan cabe merah. Pernah juga gulai tauco, tapi harus pakai petai....akan terkejut ketika bicara dengan Faiz, mulutnya ikut bau petai,....nah terpaksa niat tauco + petai ditunda dulu.
Lontong atau ketupat tanpa opor ayam terasa hambar. Maka akupun harus browsing sejenak mengingatkan kembali akan bumbu opor. Maklum, masak opor cuma sekali setahun. Kali ini ingin berbeda, opor yang putih pucat kurang menarik, kilatan seperti ayam rebus saja. Bikin sesuatu yang baru saja, pikir ku sesaat hendak membeli bumbu.
Di rak penjual bumbu tersedia aneka bumbu giling/halus. Ada yang kuning, artinya kunyit, kuning pucat artinya jahe, berserat artinya Laos/lengkuas, putih artinya bawang putih, merah jambu artinya bawang merah, merah menyala artinya cabe merah dan hijau artinya cabe hijau atau cabe muda. Tinggal tunjuk, si penjual akan menimbang dan membungkus bumbu yang kita pesan. Bumbu rendang sudah komplit, cukup mengatakan berapa kilo daging yang akan dimasak, maka penjual sudah bisa menakar kebutuhan kita. Paling ditambahkan sedikit bumbu kering, kalau suka. Tiga bungkus bumbu sudah masuk tas belanja yang masing2 untuk gulai buncis, rendang dan opor ayam. Karena merubah ide, aku ingin membuat ayam lado hijau bumbu gulai itiak/bebek . Berusaha mengingat rasa bebek tersebut , maka jari ku langsung menunjuk cabe hijau minta 1/4 kg. Sempat melirik cabe hijau yang lain teksturnya agak kasar. Tanpa bertanya lagi aku memantapkan sebungkus cabe hijau masuk ke keranjang belanja. Tuntas sudah belanja keperluan masak-memasak selama satu Minggu kedepan.
Mulailah persiapan memasak, ayam sudah keluar dari kulkas, bumbu-bumbu siap ditumis...creng.....creng.... Selesai....
Aroma harum menitikkan air liur, persis gulai bebek Koto gadang. Sebelum mematikan kompor, aku pastikan dulu rasanya. Slrppp,.....awwwwwww kok pedas buangettt.....Hmmm mungkin kurang garam, pikir ku .Api kompor diperkecil ditambah sedikit garam...Tapi kok masih pedas.? Berpikir keras dan membuka resep aslinya lagi. Tidak ada yang salah...Tiba-tiba teringat akan 2 jenis cabe hijau giling di
pasar.Jangan-jangan,....ini CABE RAWIT !!!....lol...Lol....LOL (0 0)
Akhirnya, sepanci ayam bumbu gulai bebek ku harus diolah lagi kali ini menjadi opor ayam pedas.....hehehe bisa juga ternyata. Cuma mungkin nilai gizi ayam sudah berkurang.....
Bayangkan saudara-saudara,....pedas yang ruarrr biasa, meleset dari bumbu aslinya gara-gara kurang cermat atau kurang terlatih melihat bumbu. Seharusnya sudah tahu dari bau dan teksturnya dan yang paling penting dalam memasak adalah kepekaan rasa atau felling.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar