12
Bererapa hari di Makkah, selain memperbanyak ibadah,
kami juga ziarah ke jabal rahmah, jabal Nur, pekuburan ma’la , Arafah,
Muzdalifah, Mina, tempat pelontaran jumrah dan tempat bersejarah lainnya. Dalam
perjalanan menuju tempat ziarah tersebut, dikota suci ini kami melihat banyak
sekali burung-burung merpati. Konon Khadijah istri pertama nabi muhammad sangat
suka memelihara burung merpati dan selalu menyisihkan remah rotinya untuk makan
burung-burung merpati liar. O iya ...muthowif kami berganti, karena muthowif
sebelumnya ustad Rahman harus kembali ke Jeddah menjemput jamaah travel yang
sama dari Pekanbaru. Muthowif yang baru ini orangnya lebih riang dan suka
melontarkan pertanyaan atau tebak-tebakan. Seperti ...siapa istri pertama
rasul?... siapa istri pertama muhammad? Atau kali lain kenapa nabi Adam sangat
setia pada Hawa seorang? Dan tidak mau poligami? ( hehe kan wanita satu-satunya
yang ada cuma siti Hawa).
Nah kisah nabi Adam dan Hawa sudah sering kita dengar
dan menjadi lambang cinta abadi, sehingga jabal rahmah menjadi icon penting
untuk didaki.
Disini http://muhammadmawhiburrahman.blogspot.com/2013/06/kisah-nabi-adam-as-dalam-al-quran.html
Jabal Rahmah |
Adam adalah manusia pertama yang diciptakan Allah dan
akan bertugas menjadi khalifah dimuka bumi. Kehadiran Adam sempat diragukan
oleh malaikat, karena malaikat beranggapan manusia hanya akan merusak bumi
saja. Namum Allah berkata “Engkau (malaikat) tidak tahu dengan apa yang Ku
ketahui”.
Jadi dari kisah petemuan nabi Adam dan Hawa adalah di
Jabal Rahmah, maka ziarah kesana menjadi “wajib”, apalagi bagi yang berhasil
mendaki ke puncak bukit tersebut. Diatas puncak bukit, ada tugu peringatan
dalam 3 bahasa yaitu bahasa Melayu, Inggris dan Turki. Bahwa mendaki sampai
kepuncak jabal rahmah b ukan merupakan ibadah dan jangan sampai terjadi
kemusyrikan dengan meminta doa mendapatkan jodoh dengan cara aneh-aneh,
misalnya menyatukan 2 foto orang yang akan dijodohkan, atau menulis kedua nama
didinding, atau menggantungkan benang/gelang bernama orang yang akan
dipasangkan, dll.
Mendaki dari jalur yang tidak bertangga, menjadi
tantangan tersendiri. Apalagi dengan gaun yang menyapu-nyapu tanah. Seringkali
keserimpet, karena terinjak ujung gaun. Mana satu tangan memegang gaun karena
takut terinjak, satu tangan lagi menggapai-gapai batu. Padahal ada jalan
bertangga yang lebih aman..huuuh ada-ada saja.
Selain ber foto-foto tidak ada lagi yang kami lakukan.
Muthowif juga sudah berpesan agar jangan mau menggunakan jasa fotografer lokal
yang ujung-ujungnya terjadi pemerasan. Kalau ditawari berfoto, kita tinggal
bilang ” LA ”..Apalagi kalau ditawari naik onta berhias,...lebih serem lagi
pemalakannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar