Kembalinya si Anak Hilang

Personal Computer dan  Note book , 2 perangkat yang menemani ku setiap hari. Ibarat petani yang selalu menggunakan cangkul, begitu juga fungsi kedua perangkat tersebut. Tetapi 3 bulan yang lalu aku terpaksa 'meminjamkan ' kompie ku pada teman yang masih menunggu kompienya yang baru. Kenapa bukan aku saja yang menggunakan PC baru? bekas PC ku biar tetap dipakai teman.
Alasan pertama karena aku sudah terbiasa dengan keyboard, penyimpanan file dan sudah sehati menggunakannya.
Alasan kedua, kalau si teman memakai PC baru, tidak ada alasan lagi mengatakan PC lemot, software ngga lengkap,  atau perangkat tidak berjalan jika aku butuh pekerjaan diselesaikan dengan cepat, rapi dan indah.
Alasan ke 3 aku juga sering mobile ke ruang meeting atau distrik lain, sehingga PC ku juga jadi kurang terpakai.
Tetapi jika lagi mobile.  aku menggunakan notebook dengan jenis dan merek yang berbeda-beda pula. Waaah parah. Padahal aku lebih senang dengan barang lama, simerah yang imut Dell. Karena beberapa memory dan kemampuannya hanya bisa untuk menulis blog/diary kadang-kadang cerpen/flashcard (ahh ini pun jarang dipublish).  Maka untuk presentasi dan pembuatan berbagai macam media,  aku harus menggunakan Notebook Acer atau Toshiba, milik orang lain... Bukan kenapa2, pemiliknya malah tidak begitu paham kemampuan perangkat kerjanya.
Yang teranyar, aku sudah dilarang memakai si imut untuk urusan presentasi. Kata si Boss, si imut bwt anak sekolahan, gak cocok untuk kerja. Yah,..dapetnya beli yang itu. Notebook  satu lagi jadi ajang rebutan F1 dan F2. Kecuali ,.....si Boss mau menyetujui proposal ku untuk pembelian notebook baru.
Eh gak dinyana,...aku dikasih MacBook-Apple..hue-hue....sennnangnya. Pontang-panting aku harus kenal machintos...garuk-garuk pala... setelah terseok-seok dengan android

Nah, berhubung temanku sudah mendapatkan PC barunya, maka Kompie ku bisa kembali lagi dengan selamat sehat walafiat,...jadi deh aku posting hari ini dengan Kembalinya si Anak Hilang.


Merajut Cerita

  Cerita seputar organisasi , sepertinya aku belum pernah cerita ya...Ok baiklah
Sudah 3 bulan ini kami tidak melakukan meeting bersama antar bagian. Rindu juga, padahal dulu kalau diajak briefing, sewot. Yang gak bermutu lah yg bosan lah, yang tidak menghasilkan keputusan lah sampai ada kliping sebuah koran yang menyebutkan bahwa seirng rapat menyebabkan IQ jongkok. Ah teman-teman ada-ada saja. Pagi ini semua antusias ingin diadakan pertemuan membahas masalah contentnya organisasi maupun urusan rumah tangga unit kami.

3 orang petinggi kami sedang melakukan rekonsiliasi dengan Asuransi Jiwa ke Jakarta. Biasanya pulang dari sana akan ada kabar baik mengenai benefit dan manfaat yang akan kami terima pada masa akhir masa jabatan. Sile...sileee bapak dan ibu , berikan yang terbaik untuk anggota organisasi kita. 1 orang pejabat sedang dirawat di RS.MMC Jakarta, mudah-mudahan operasi beliau dapat berjalan dengan baik dan dapat berkumpul lagi dengan kami setelah masa perawatan. Doa yang kami panjatkan semoga diijabah oleh Allah yang maha penyayang.
1 orang teman kami yakni supir, akan mendengarkan sidang keputusan , peristiwa tabrakan sewaktu persiapan PON. Waktu itu tgl 30 September 2012, tim kami akan latihan di stadion utama Universitas Riau. Dengan dipandu foreijdernya pak Polisi, iring-iringan kami menembus jalan raya. Idealnya rombongan yang dikawal polisi tentu mendapat perhatian dari pengguna jalan dan pos-pos polisi yang ada di persimpangan. Pagi itu kabarnya......pos polisi yang ada di depan Mall SKA kosong karena pak pol lagi sarapan pagi. Maka raungan sirene foreijder tidak begitu dihiraukan pengguna jalan dipersimpangan itu. Sial seorang pengendara motor melesat menerobos lampu merah (kata saksi sudah hijau) dan salah satu iringan mobil  yang berisi peralatan marching band kami pun sedang berada di perempatan itu karena lampu juga masih hijau. MAka tabrakan tidak dapat terelakkan lagi. Korban segera dievakuasi dan dioperasi di RS Eka Hospital yang berada tidak jauh dari TKP.
Malang, pengendara sepeda motor itu tewas setelah mendapatkan perawatan dan tindak operasi. Keluarga korban terus menuntut pertanggungan dari pihak organisasi kami. Akhirnya biaya RS dignity sepenuhnya oleh pihak kami Rp 83 juta ditambah uang santunan duka dan sangu hati kepada keluarga korban. Yang seharusnya adalah istri korban. Entah bagaimana urusan keluarga korban, setelah semua pihak sepakat damai, uang santunan diterima oleh ibu ybs, sedangkan istri alm sudah pulang kampung ke daerah pelosok di Jawa Barat. Berkas damai seharusnya ditandatangani oleh istri korban selaku ahli waris belum kami dapatkan. Sementara si supir tadi masih ditahan di kantor polisi. Alasannya belum ada surat damai dari ahli waris. Maka  berangkatlah utusan mencari ahli waris kekampung halamannya dan lagi-lagi organisasi kami harus mengeluarkan uang sangu hati untuk ahli waris. Bagaimana mungkin keluarga almarhum mengeruk keuntungan pula dibalik tragedi ini. Dengan membiarkan istri korban dan anak balitanya pulang kampung tanpa mendapat bagian. (ini menurut pengakuan istri korban). Surat sudah dikantongi, supir sudah bisa melenggang keluar. Sebulan kemudian kaki digemparkan lagi oleh polisi dan jaksa yang memberi tahu bahwa berkas perkara berlanjut ke pengadilan. Hukuman sekian tahun. Jika ingin damai maka harus membayar 25 jt kepada jaksa. Pertemuan di Warung Kopi Kimteng. ...... Kami langsung urunan demi membela teman kami untuk mendapat keringanan karena tidak ada yang bersalah ataupun yang benar pada kasus ini. Apalagi keluarga sudah memaafkan dan mengikhlaskan kejadian ini.. Tetapi ada indikasi pemerasan dari oknum. Maka tidak ada ba..bi...bu lagi ,..organisasi kami mengutus bagian legal untuk mendatangkan pengacara. Begitulah hukum tetap harus ditegakkan dengan jalur yang sebenarnya. Minggu lalu pengacara sudah membacakan pledoi,...mudah-mudahan bukti-bukti meringankan teman kami ini. Sementara dari pihak penyelenggara acara Panitia Besar PON, tak mau tahu/tidak tahu sama sekali atau memang tidak penting mengetahui . Tidak ada tanggapan sama sekalai, padahal berita ini cukup lama berada di surat kabar lokal.

Sebenarnya kalau mau dilihat lagi, dalam berkendaraan lingkungan kami menerapkan rambu lalu lintas dengan patuh. Untuk anak-anak sekolah, tidak akan diijinkan masuk jika belum memiliki SIM dan vehicle Pass. Jika hanya menunjukkan SIM belum cukup, karena umur pada SIM bisa dipalsukan . Sedangkan persyaratan Pass, harus berdasarkan umur pada data sekolah. Contoh kelas 11 pada umumnya siswa masih berumur 16 tahun. Baru saat mereka kelas 12 lah bisa mendapatkan vehicle pass. Dalam menjalankan rambu lalulintas juga demikian. Semua rambu harus dipatuhi. Misal jika berada di jalan utama kecepatan maximal 40 km/jam. Jika pada arela perumahan kecepatan maximal 30 km/jam. Jika berada di perempatan, harus memperhatikan tanda "STOP" artinya ban kendaraan benar-benar berhenti walaupun sesaat. Jika hendak menikung juga demikian harus berhenti sesaat. Dan banyak lagi hal-hal yang wajib dipatuhi ketika berkendaraan, termasuk helm, boncengan 2 orang, meskipun bawa bayi sekalipun. Memasang sabuk pengaman walaupun kecepatan cuma 30 km/jam. Makanya bagi siswa yang belum boleh membawa kendaraan sendiri disediakan Bus sekolah ataupun mobil sewaan. Kalau ortu tidak sibuk, bisa mengantar jemput. Tapi lebih baik lagi jika anak-anak sekolah ini menggunakan sepeda. Nah ini sudah diterapkan di SD, SMP dan SMA. Ada beberapa trup yang 'nggowes ' ke sekolah. Cuma kasian pada saat mereka pulang sekolah sore jadi kepanasan. Apalagi matahari cukup menyengat yang sesekali diselingi hujan. Semoga dapat dipertahankan untuk menjaga lingkungan sehat.



Dalam aktifitas pembelajaran, kami melaksanakan kurikulum nasional dengan bahasa pengantar bahasa Indonesia. Namun begitu untuk bahasa asing, kami memiliki siswa yang memiliki TOEFL diatas rata-rata. Beberapa kelas sudah menggunakan bilingual sesuai dengan RSBI. Walaupun RSBI tidak diperbolehkan lagi, sebagai sekolah swasta, kami tetap menjalankan kurikulum Plus. Prestasi akademis dan non akademis?...........jelaaaas yang terdepan...Tetapi sekolah kami mempunyai karakter mendidik untuk mencerdaskan,  kompetisi hanya bagian kecil dari pendidikan karakter. ( rajutan cerita jadi kusut karena salah benang)


STOP!



Ketika kita memiliki suatu akun di jejaring social, katakanlah facebook atau twiter, tujuan pertamanya adalah untuk menjalin pertemanan. Apakah itu teman lama, maupun teman baru .  Senang menemukan teman-teman lama dengan muka-muka baru mereka , yaa tentunya karena sudah bertambah usia dan kehidupan yang berbeda. Jujur bagi diriku pribadi bertemu di jejaring social sangat menyenangkan sekali. Ada kegembiraan tersendiri bisa ngobrol sepuasnya, dengan jarak yang terbentang terasa didepan mata. Rasanya rindu / kangen dan merasa terikat dengan pertemanan ini.
Dalam perjalanan waktu teman-teman ku bertambah, mulai dari organisasi ini, club itu yang berbasis ibu-ibu. Belum lagi alumni SD,SMP,SMA, Universitas dan lembaga-lembaga lain. Setiap buka akun, akan bermunculan chatbox, teman-teman ku menyapa. Wah senang sekali, bisa tukar menukar informasi, bercanda, bahkan ada yang curhat. Di layanan pesan yang lain, juga tak kalah seru karena bisa ngobrol ramai-ramai, dengan topic yang seru-seru yakni tukaran resep masakan, tips mengasuh anak dan cerita-cerita nostalgia.
Lama-lama teman ku mulai berubah yang tadinya ibu-ibu, teman sekelas, hingga yang sering chat tinggal (kebanyakan PRIA) ? tanpa kusadari  obrolan yang tadinya standar basa-basi lama-lama semakin personal. Bahkan mulai berani memberi sapaan ,..”hai cantik”….”say”….Tapi aku menganggapnya lucu-lucuan saja, maka akupun membalas dengan…”hai ganteng”….sedang kan yang menyapa “say”…aku tinggalkan
Tapi aku jadi terjebak dan mulai merasa terganggu. Orang mengira aku sangat ramah, sehingga mereka mulai nakal.  Bagaimana mungkin aku beramah tamah dengan suami orang / teman ku) sementara dengan istrinya aku tidak pernah chat seakrab itu. Lupa tata karma dan yang membuat aku terkesiap adalah……….Aku lupa dengan ajaran agama ku. Bahwa ada tabir dan batasan-batasan yang harus dibuat jika berkomunikasi dengan pria. Tabir itu bukan hanya hijab. Tetapi perilaku yang nyata. Walaupun tidak berjabat tangan ataupun memandang mata lawan jenis,….hal ini tetap dilarang dalam Islam.
Sok fanatic? Tidak, aku realistis jika itu memang menyerempet mendekati fitnah , maka sebaiknya dihentikan.
Maka dari itu akun disosial media , dengan berat hati NON AKTIF karena aku mulai berlatih untuk tidak menderita addictive socmed.

Selamat beraktifitas......